Di beberapa negara, seperti Suriah, dampak dari perang di Ukraina hanya menambah kesengsaraan bagi mereka yang sudah menderita dari kekacauan, pengungsian atau kemiskinan.
Seperti di provinsi barat laut Idlib yang dikuasai pemberontak Suriah, Ramadhan tahun ini lebih sulit daripada Ramadhan sebelumnya.
Abed Yassin mengatakan, istri dan tiga anaknya saat ini hanya menerima setengah dari jumlah produk sembako yang tahun lalu mereka dapatkan dari kelompok donatur.
Menurut Abed, hal itu telah membuat hidup lebih sulit.
Terlebih, perekonomian Suriah telah dihantam oleh perang, sanksi Barat, korupsi dan kehancuran ekonomi di negara tetangga Libanon di mana warga Suriah memiliki miliaran dolar yang tertahan di bank-bank Libanon.
Palestina
Di Jalur Gaza, Palestina, meskipun jalanan dan pasar ramai, banyak yang mengatakan mereka tidak mampu membeli barang-barang.
"Situasinya sulit," kata Um Musab, ibu dari lima anak, saat mengunjungi pasar tradisional di Kota Gaza.
"Karyawan nyaris tidak mencari nafkah tetapi orang-orang lainnya hancur."
Mahmoud al-Madhoun, yang membeli beberapa kurma, tepung dan minyak untuk membuat kue Idul Fitri, mengatakan kondisi keuangan berubah dari buruk menjadi lebih buruk.
"Namun, kami bertekad untuk bersukacita," tambahnya.
Daerah kantong Palestina, yang sangat bergantung pada impor, sudah rentan sebelum perang Ukraina karena berada di bawah blokade ketat Israel-Mesir yang dimaksudkan untuk mengisolasi Hamas, penguasa militannya.
Baca juga: Jamaah Salat Idul Fitri di Masjid Istiqlal Melebihi Kapasitas, Wapres Sempat Terhalang saat Masuk
Afghanistan
Warga Afghanistan merayakan Idul Fitri pertama sejak pengambilalihan Taliban di tengah kondisi keamanan dan ekonomi yang suram.