Laporan Wartawan Tribunnews.com Aunur Rahman
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Sejumlah unsur masyarakat yang tergabung dalam Komite Rakyat Lawan Korupsi Kolusi dan Nepotisme (KRL-KKN) menggelar Konsolidasi Nasional Rakyat Indonesia (KNRI) selama tiga hari di Taman Wiladatika, Cibubur, Depok, Jawa Barat.
KNRI dihadiri elemen mahasiswa, pelajar, akademisi, aktivis 98, buruh, petani, guru honorer, warga korban tambang, pegawai honorer, nelayan, kaum profesional, emak-emak, para aktivis, para advokat, dan lain-lain.
Ketua Panitia KNRI, Febriditya Ramdhan Dwi Rahyanto mengatakan, kegiatan ini digelar dilandasi semangat kebangkitan pemuda 1908, Sumpah Pemuda 1928, dan Proklamasi 1945.
Menurut pria yang akrab disapa Adit itu, berdasarkan hasil kajian KNRI, mereka menilai kondisi negara saat ini telah menjauh dari tujuan bernegara.
Baca juga: Bacakan 19 Keputusan, KNRI Minta Dugaan Korupsi Pembangunan Banten Internasional Stadion Diusut
Alasannya, KNRI menilai saat ini masih marak terjadi praktik Korupsi Kolusi dan Nepotisme (KKN) di pemerintahan yang dikendalikan oleh oligarki.
Adit juga menyebutkan bahwa demokrasi hari ini mengabaikan kepentingan rakyat banyak.
Sehingga, menyengsarakan dan mencekik kehidupan rakyat kecil.
"Darurat oligarki dan darurat KKN ini melahirkan peraturan yang menjadi transaksi politik," kata Adit saat menyampaikan hasil KNRI, Kamis (12/5/2022).
Baca juga: Satgas Anti KKN CASN 2021 Ungkap Modus Sindikat Joki Tes ASN di Sulawesi dan Lampung
Ia pun berharap seluruh elemen bangsa bersatu dengan jargon 'Mei bersatu untuk rakyat'.
Adit menyebut kondisi masyarakat kini semakin sengsara dengan berbagai permasalahan yang dihadapi.
"Saya atas nama Tridharma Perguruan Tinggi, berharap rakyat bersatu bangkit dari permasalahan naiknya bahan pokok, PHK dan menuntut pendidikan layak dengan tagline Mei bersatu untuk rakyat," katanya.
"April telah membara dan kita siap untuk Mei bersatu," ujar Adit.