TRIBUNNEWS.COM - Kementerian Kesehatan (Kemenkes) telah melakukan berbagai upaya untuk mengantisipasi penyebaran penyakit hepatitis akut di Indonesia.
Diketahui, saat ini terdapat 18 kasus yang diduga hepatitis akut yang dilaporkan Kemenkes.
Untuk antisipasi penyebaran hepatitis akut di Indonesia, Kemenkes mlakukan empat upaya pencegahan, seperti meningkatkan kewaspadaan publik dan menyusun pedoman tata laksana terkait kasus hepatitis akut.
Hal tersebut, disampaikan oleh Juru Bicara Kementerian Kesehatan, Mohammad Syahril.
Baca juga: Jubir Kemenkes: 7 dari 18 Pasien Diduga Hepatitis Akut Dinyatakan Meninggal
“Sejak ditemukan penyakit Hepatitis Akut di Inggris Raya, Kemenkes bergegas melakukan koordinasi dengan lembaga-lembaga kesehatan dari negara-negara lain seperti CDC dan Pemerintah Inggris untuk mendapatkan pembelajaran terkait dengan kondisi yang sedang terjadi.”
“Kemenkes juga aktif informasi global maupun regional melalui informasi resmi yang dikeluarkan oleh WHO, CDC, dan Pemerintah Inggris,” kata Jubir Kemenkes, dikutip Tribunnews.com dari Kemenkes.go.id, Minggu (15/5/2022).
Syahril menjelaska, langkah pertama yang dilakukan Kemenkes untuk menekan penyebaran hepatitis akut, yakni mengumpulkan informasi global seputar hepatitis akut secara cepat.
Kedua, meningkatkan kewaspadaan publik.
Upaya peningkatan kepedulian publik lewat sosialisasi dan edukasi ini dilakukan sejak bulan April kemarin.
Sosialisasi langkah-langkah penanggulangan penyakit ini juga berkoordinasi dengan seluruh Dinas Kesehatan di Indonesia.
Selain itu, pemerintah juga menerbitkan Surat Edaran tentang Kewaspadaan terhadap temuan Hepatitis Akut yang belum diketahui penyebabnya.
Ketiga, memperkuat deteksi dengan melakukan penyelidikan epidemiologi, melakukan analisis pathogen menggunakan teknologi Whole Genome Sequencing (WGS) dan pengembangan pelaporan kasus menggunakan sistem NAR.
Keempat, menyusun pedoman tata laksana terkait kasus hepatitis akut.
Baca juga: Beda Hepatitis Akut Berat dengan Hepatitis Biasa A, B, C, D, dan E
Selain upaya pencegahan dari pemerintah, masyarakat juga perlu meningkatkan kewaspadaan agar terhindar dari penyakit misterius tersebut.
Langkah-langkah pencegahan yang dapat dilakukan masyarakat, di antaranya mencuci tangan pakai sabun, memasak makanan dan minuman hingga matang.
Masyarakat juga diimbau untuk menggunakan alat makan yang bersih, menghindari kontak dengan orang sakit, memakai masker, menjaga jarak dan menghindari kerumunan.
Diberitakan Tribunnews.com, Sekretaris Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat Kementerian Kesehatan (Kemenkes), Siti Nadia Tarmizi, mengungkapkan Kemenkes masih melakukan investigasi mengenai penyebab kejadian Hepatitis Akut misterius ini melalui pemeriksaan panel virus lengkap.
Untuk itu, Siti Nadia meminta masyarakat berhati-hati selama masa investigasi ini.
Ia menambahkan, Kemenkes telah meningkatkan kewaspadaan dalam dua minggu terakhir setelah WHO menyatakan kasus Hepatitis Akut yang menyerang anak-anak yang belum diketahui penyebabnya ini ditetapkan sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB).
Update Kasus Dugaan Hepatitis Akut: Total 18 Kasus, 7 Orang Meninggal
Sebelumnya, Kemenkes mengumumkan jumlah pasien yang diduga bergejala hepatitis akut di Indonesia.
Hingga Jumat (13/5/2022), terdapat 18 kasus diduga hepatitis akut yang belum diketahui penyebabnya.
Dari total 18 kasus tersebut, terdeteksi di tujuh provinsi.
Adapun DKI Jakarta menjadi wilayah terbanyak yang jumlah kasusnya sebanyak 12 orang.
"Sampai saat ini (hari ini), ada 18 kasus yang bergejala yang disebut dengan acute hepatitis of unknown etiology atau hepatitis akut yang belum diketahui penyebabnya," kata Direktur Utama Rumah Sakit Penyakit Infeksi Prof. Dr. Sulianti Saroso Jakarta, dr. Mohammad Syahril, Jumat (13/5/2022).
Syahril menjelaskan, ada 9 kasus di antaranya pending klasifikasi (masih pemeriksaan), 7 kasus discarded (disingkirkan), sedangkan 1 kasus probable (kemungkinan hepatitis akut) dan 1 kasus dalam proses verifikasi.
Adapun 7 kasus yang disingkirkan dari hepatitis akut karena diketahui Hepatitis A, Hepatitis B, Tifoid, Demam Berdarah Dengue (DBD) dan usia di atas 16 tahun.
Lebih lanjut, Syahril menyebut, 18 kasus dugaan hepatitis akut terdeteksi di Sumatera Barat (1), Sumatera Utara (1), Kepulauan Bangka Belitung (1), DKI Jakarta (12), Jawa Barat (1), Jawa Timur (1), dan Kalimantan Timur (1 ).
“Paling banyak di DKI Jakarta,” ucapnya, dikutip Tribunnews.com dari kanal YouTube Kompas TV.
Kemudian, Syahril juga merinci pasien dugaan hepatitis akut yang didominasi anak usia 5-9 tahun sebanyak 6 orang, usia 10-14 tahun sebanyak 4 orang, usia 0-4 tahun sebanyak 4 orang, dan usia 15-20 tahun sebanyak 4 orang.
Sementara itu, dari 18 kasus ini, pasien yang meninggal sebanyak 7 orang dan 11 orang masih hidup.
Selanjutnya, Syahril mengungkapkan terkait gejala yang paling banyak terjadi pada 18 orang ini.
Di antaranya demam, mual, muntah, hilang nafsu makan, diare akut, lesu, nyeri pada perut nyeri, nyeri pada otot dan sendi, mata dan kulit kuning, serta gatal-gatal.
Kemudian, urin keruh seperti teh, dan perubahan warna feses.
Baca juga: Peneliti India: Covid-19 Jadi Faktor Umum di Antara Kasus Hepatitis Akut
Virus Penyebab Hepatitis Akut Belum Bisa Dipastikan
Menteri Kesehatan, Budi Gunadi Sadikin, menjelaskan virus penyebab hepatitis akut pada anak masih belum bisa dipastikan.
Hingga kini, penelitian terkait penyebab hepatitis akut masih berlangsung.
Menurut Menkes, Indonesia telah bekerjasama dengan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) terkait penelitian hepatitis akut.
Dilaporkan terdapat 15 kasus dugaan hepatitis akut ditemukan di Indonesia hingga Senin (9/5/2022).
"Sampai sekarang kondisinya di Indonesia ada 15 kasus," kata Menkes, dikutip Tribunnews.com dari kanal YouTube Sekretariat Presiden.
Kini, jumlah kasus dugaan hepatitis akut ini meningkat menjadi 18 kasus, Jumat (13/5/2022).
Budi menyebut, pihaknya telah berdiskusi dengan Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) Amerika Serikat dan Inggris setelah Idul Fitri.
Namun, belum ada jawaban pasti soal penyebab kasus hepatitis akut.
"Dan kami sudah mendapatkan banyak informasi, memang kesimpulannya belum bisa dipastikan virus apa yang 100 persen menyebabkan adanya penyakit hepatitis akut," jelasnya.
“Sekarang penelitian sedang dilakukan bersama-sama oleh Indonesia bekerjasama dengan WHO dan juga bekerjasama dengan Amerika dan Inggris untuk mendeteksi secara cepat penyebabnya apa,” imbuhnya.
Lebih lanjut, Menkes menjelaskan, virus penyebab hepatitis akut menular melalui asupan makanan atau lewat mulut.
Untuk itu, Menkes mengimbau masyarakat untuk rajin cuci tangan dan memastikan kesehatan asupan makanan setiap anak-anak.
"Jadi kita pastikan apa yang masuk ke anak-anak kita untuk bersih, karena ini menyerang di bawah 16 tahun dan lebih banyak lagi di bawah lima tahun," ungkap Budi.
Sebagai informasi, Kemenkes telah meningkatkan kewaspadaan dalam dua minggu terakhir setelah WHO menyatakan kasus hepatitis akut yang menyerang anak-anak yang belum diketahui penyebabnya ini ditetapkan sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB).
(Tribunnews.com/Suci Bangun DS/Rina Ayu, Kompas.com/Haryanti Puspa Sari, Kontan.co.id/Syamsul Ashar, Kompas.tv)
Simak berita lainnya terkait Hepatitis Akut