Laporan Wartawan Tribunnews.com, Aisyah Nursyamsi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Tahun lalu sampah di Indonesia mencapai 68,5 juta ton. Dan sekitar 15 persennya merupakan sampah plastik. Dengan kata lain, ada sekitar 10 juta ton sampah plastik di Indonesia
Pengkampanye Perkotaan Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Nasional, Ghofar, angka ini meningkat dua kali lipat dibandingkan dengan data 10 tahun lalu.
Oleh karena itu menurutnya, isu sampah bukan lagi sekadar isu pinggiran. Namun mesti menjadi prioritas karena situasi ini bisa dibilang sudah lumayan mendesak.
Baca juga: Walhi Sebut Dagang Karbon Cuma Akal-akalan Negara Maju
"Faktor yang menjadikan isu ini urgensi untuk direspon, satu bisa menimbulkan tragedi bencana, longsor dan kebakaran di Tempat Pemrosesan Akhir (TPA)," ungkapnya pada Tribunnews, Senin (16/5/2022).
Tentu kita tidak bisa melupakan tragedi longsornya TPA Leuwigajah pada tahun 2005 yang merenggut 147 korban jiwa. Dan hal ini diharapkan tidak terulang kembali.
Kedua, jumlah timbunan sudah dua kali lipat dibandingkan 10 tahun lalu. Terutama pada jenis sampah plastik.
Ketiga, mikroplastik telah mencemari sungai dan lautan yang kemudian dimakan oleh ikan. Lalu manusia pun memakan mikroplastik yang ada di dalam ikan tersebut.
Sehingga plastik kini sudah menjadi isu pada kesehatan manusia. Karena ada temuan mikroplastik di dalam darah dan paru-paru.
Baca juga: Bencana Ekologis Terus Mengancam, Walhi: 33,5 Juta Hektare Kawasan Hutan Dikuasai Korporasi
"Dan yang terbaru ada di udara. Kita menghirup udara yang tidak hanya tercemar oleh emisi industri tapi juga plastik," kata Ghofar lagi.
Keempat adalah adanya gerakan global yang mendorong negara-negara juga korporasi untuk mulai memikirkan pengurangan sampah secara drastis.
"Karena isu sampah plastik ini berhubungan dengan dengan isu iklim. Produksi sampah merupakan ekstraksi oil dan gas," paparnya lagi.
Jika ada dorongan terhadap pengurangan produksi plastik, maka hal ini dapat mengurangi emisi di industri hulunya maupun di hilir.