Wujud visual api, lilin, dan bagian lapik pada Tugu ini merupakan perwujudan bentuk lingga-yoni yang berkembang pada masa Hindu-Buddha.
Baca juga: SEJARAH Hari Kebangkitan Nasional 20 Mei, Berikut Tema dan Tujuan Peringatan Harkitnas 2022
Sejarah Tugu Kebangkitan Nasional
Tugu ini dibangun pada 1933 untuk memperingati 25 tahun berdirinya Boedi Oetomo.
Niat pendirian tugu ini dicetuskan oleh perwakilan masyarakat Surakarta (Solo) saat mengikuti Kongres Indonesia Raya I pada tahun 1931 di Surabaya.
Pelaksanaan pembangunan dipercayakan kepada KRT Woerjaningrat, menantu Paku Buwono PB X yang juga merupakan Wakil Ketua Boedi Oetomo.
Menurut KRMT Drs Suwitadi Kusumadilaga, SH, MM, Msi, sebagai salah satu pendiri Yayasan Murni, KRT Woerjaningrat dibantu sekelompok panitia yang terdiri atas tujuh orang yang dipimpin oleh Mr. Singgih.
Selanjutnya, panitia mengadakan sayembara untuk mencari rancangan yang sekiranya bisa dijadikan tanda pergerakan kebangsaan Indonesia.
Total, ada tiga orang yang mengikuti sayembara ini.
Panitia memilih rancangan yang dibuat oleh Ir Soetedjo.
Karyanya dianggap memenuhi harapan mengungkapkan cita-cita kebangsaan dengan bahasa yang mudah dimengerti oleh masyarakat umum.
Rancangan yang dibuat oleh Ir Soetedjo adalah tugu berbentuk lilin yang akan dibangun di sebuah tanah lapang.
Tugu ini gagal dibangun di di beberapa kota seperti Batavia, Surabaya, dan Semarang.
Pakubuwono X selaku penguasa Kasunanan Surakarta mengizinkan dan mendukung pembangunan Tugu ini.
Pada akhirnya, Tugu Kebangkitan Nasional dibangun di Surakarta (Solo).