TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kementerian Pertanian (Kementan) melalui Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan memberikan himbauan kepada masyarakat, khususnya para peternak untuk melakukan langkah pencegahan sebagai antisipasi penyebarluasan Penyakit Mulut dan Kuku (PMK).
Hal tersebut disampaikan oleh Direktur Kesehatan Hewan, Nuryani Zainuddin dalam Siaran Pers tertulisnya pada hari Senin (30/5/2022).
Nuryani mengatakan, beberapa langkah yang dihimbau olehnya kepada para peternak diantaranya untuk tidak memasukkan ternak baru, terutama dari daerah wabah dan membatasi lalu lintas orang yang keluar masuk lokasi kandang.
"Bagi peternak yang hewannya sudah ada yang terinfeksi agar memastikan ternaknya tidak kemana mana. Tetap tinggal dikandang agar tidak menulari ke peternakan lain. Petugas akan memberikan obat hewan seperti vitamin untuk memulihkan kondisi tubuh ternak," ujar Nuryani.
Ia menambahkan, penyemprotan kandang, kendaraan, peralatan dan perlengkapan kerja dengan disinfektan perlu dilakukan secara rutin. Kemudian peternak diimbau tidak menjual ternaknya yang sakit karena tingkat kematian pada hewan dewasa relatif rendah (1–5 % ), walau pada ternak berusia muda bisa lebih tinggi.
Lebih lanjut Ia juga menyarankan agar para peternak melakukan upaya untuk meningkatkan imunitas ternak dengan memperbaiki mutu pakan dan memberikan terapi supportif, obat hewan seperti vitamin dan mineral.
"Perlu diingat bahwa PMK bukan zoonosis, namun sangat mudah menular ke sesama hewan berkuku genap seperti sapi, kerbau, domba, kambing dan babi serta hewan berkuku belah lainnya," ungkap Nuryani.
Partikel virus ditemukan pada udara yang dihembuskan hewan terinfeksi, air liur, susu, urine, tinja, semen, cairan dari vesikel, hingga cairan yang dikeluarkan saat ternak keguguran.
"Virus PMK dapat masuk ke tubuh hewan peka melalui kontak langsung dengan hewan terinfeksi terutama melalui aerosol, dan dengan benda-benda terkontaminasi seperti pakaian, sepatu dan kendaraan. Hal seperti ini peternak mesti tahu," paparnya.
Nuryani juga mengimbau agar para peternak segera melaporkan kepada petugas peternakan setempat jika ada ternak yang menunjukkan gejala klinis mengarah pada PMK. Seperti muncul lepuh atau vesikel dan/atau erosi kulit di bagian hidung, lidah, bibir, di dalam rongga mulut baik di gusi maupun pipi bagian dalam, di sela kuku dan di ambing.
Ia pun menjelaskan, tanda klinis lain yang sering ditemukan yakni demam sekitar 40°C, depresi, hipersalivasi atau keluarnya air liur secara berlebihan, penurunan nafsu makan dan berat badan serta produksi susu.
"Peran dari para peternak untuk turut serta membantu mencegah penyebaran PMK dengan mengikuti petunjuk dan saran dari para petugas kita di lapangan akan sangat membantu keberhasilan penanganan PMK ini. Setelah vaksin datang, dalam waktu dekat kita akan lakukan vaksinasi," pungkas Nuryani.