News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Bursa Capres

Peneliti LSI Beberkan Potensi Tiga Pasang Calon Bertarung di Pilpres 2024

Penulis: Rizki Sandi Saputra
Editor: Wahyu Aji
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ilustrasi Pilpres 2024

Laporan Reporter Tribunnews.com, Rizki Sandi Saputra

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Lembaga survei Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA mengeluarkan temuan terbarunya jelang pertarungan Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024.

Meski Pemilu baru akan tersaji sekitar 20 bulan mendatang, namun LSI Denny JA mencatat sudah ada beberapa nama figur yang digadang akan maju sebagai bakal calon presiden dan wakil presiden (Capres-Cawapres).

Setidaknya menurut Peneliti LSI Denny JA, Ardian Sofa akan ada tiga Paslon Capres-Cawapres yang akan bertarung.

Ketiganya juga kata dia, akan berasal dari tiga poros parpol berbeda.

Hal ini kata dia, didasari dengan terbentuknya Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) yang digagas oleh Partai Golkar, PAN dan PPP.

"Terbentuknya KIB yang diprakarsai oleh tiga partai Golkar, PAN dan PPP sehingga kemungkinan pilpres 2024 terdiri dari 3 pasang capres-cawapres yang berpusat pada tiga poros," kata Ardian saat menyampaikan hasil surveinya secara daring, Selasa (14/6/2022).

Poros pertama yang akan melahirkan bakal Capres-Cawapres menurut Ardian yakni Partai Demokrasi Indonesia-Perjuangan (PDIP).

Perolehan kursi terbanyak di parlemen saat ini dengan mendapatkan suara 22,26 persen menjadikan PDIP digadang akan mengusung Capres-Cawapres sendiri, karena telah melampaui ambang batas pencalonan presiden atau presidential threshold 20 persen.

"Kalau kita lihat di sini bahwa poros pertama itu ada di poros PDIP karena sudah ada di 22,26 persen," ucap Ardian.

Selanjutnya, untuk poros kedua akan muncul dari koalisi besutan Golkar, PAN dan PPP yakni KIB.

Baca juga: Pengamat Sebut NasDem Berpotensi Bentuk Poros Koalisi Baru

Ardian beranggapan, dari penggabungan tiga partai di parlemen tersebut menjadikan KIB bisa mengajukan bakal Capres-Cawapres.

Adapun rinciannya yakni Golkar mendapat 85 kursi di parlemen atau setara dengan 14,78 persen, kemudian PAN 44 kursi dengan 7,65 persen kemudian PPP 19 kursi atau 3,3 persen.

"Sehingga jika dijumlah, jumlah kursi 148 dan persentase 25,73 persen jadi poros kedua yang terbentuk itu adalah poros KIB," beber Ardian.

Poros terakhir, menurut Ardian akan lahir dari poros sisa dunia. Poros tersebut merupakan sisa partai politik di parlemen yang belum mempunyai koalisi atau perolehan suaranya tidak melampaui presidential threshold 20 persen.

Beberapa partai yang dimaksud yakni Gerindra dengan kursi terbanyak di parlemen sejumlah 78 kursi atau 13,57 persen; kemudian Nasdem 59 kursi atau 10,26 persen.

Selanjutnya, PKB 58 kursi atau 10,09 persen; Partai Demokrat 54 kursi atau setara 9,39 persen dan terakhir PKS 50 kursi dengan 8,7 persen.

"Sehingga kalau dijumlah ditotal 299 kursi ini poros sisa dunia ini ada 52,01 persen," ucap Ardian.

Kendati begitu, masih terbuka peluang untuk poros PDIP maupun Poros KIB untuk menambah partai lain dalam berkoalisi.

Hal itu juga kata dia berpotensi  menutup peluang lahirnya pasangan ke empat dari poros lain.

"Sehingga kita melihat bahwa ke depan semakin mengerucut kepada tiga poros ini," ucap Ardian.

"Sehingga per Juni 2022 kita menyampaikan bahwa terbentuk tiga poros utama dalam capres-cawapres 2024," tukasnya.

Kendati demikian, baik LSI Denny JA maupun para petinggi Partai Politik termasuk koalisi, belum ada yang dapat memastikan siapa figur yang akan diusung sebagai capres hingga saat ini.

Sebagian besar dari parpol masih penjajakan sambil melakukan silaturahmi atau komunikasi politik dengan partai lain.

Termasuk KIB, hingga kini koalisi besutan Golkar, PAN dan PPP itu masih menyatakan membuka peluang untuk partai manapun yang ingin bergabung.

Baca juga: Buka Peluang Gabung ke Koalisi Semut Merah, Elite Gerindra: Segala Kemungkinan Masih Sangat Terbuka

Sebagai informasi, survei yang dilakukan oleh LSI Denny JA ini dilakukan dalam rentang waktu 14 Mei hingga 7 Juni 2022 dengan melibatkan 1.200 responden.

Adapun metode yang dilakukan yakni menerapkan wawancara tatap muka kepada responden dengan dilengkapi riset kualitatif serta terdapat margin of error (MoE) kurang lebih 2,9 persen.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini