News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Puan Maharani Silaturahmi dengan Para Kiai Muda NU di Jatim, Ini yang Dibicarakan

Penulis: Reza Deni
Editor: Malvyandie Haryadi
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ketua DPR RI Puan Maharani saat bicara dalam silaturahmi dengan Cawagus Jawa Timur.

Laporan Reporter Tribunnews.com, Reza Deni

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ketua DPR RI Puan Maharani bersilaturahmi dengan kiai-kiai muda Nahdlatul Ulama (NU) di seluruh Jawa Timur.

Para kiai muda yang lazim dipanggil Gus ini merupakan putra pemilik pondok-pondok pesantren besar di Jatim.

Pertemuan bertajuk Ta'aruf Mbak Puan dengan para Gus (Gawagis) ini berlangsung secara informal di Surabaya. Silaturahmi juga diisi dengan perbincangan hangat penuh guyonan khas NU.

Puan menyebut pertemuan itu merupakan tradisi keluarga yang diturunkan dari orangtua mereka. Seperti diketahui, Presiden Pertama RI Soekarno yang merupakan kakek Puan memiliki kedekatan dengan keluarga NU semasa hidupnya.

Baca juga: Puan Mengaku Belum Tahu Menteri dan Wamen yang Dilantik Jokowi: Saya Belum Nonton TV

Demikian juga halnya dengan sang ibu, Megawati Soekarnoputri yang punya hubungan baik dengan para ulama.

"Ini forum yang bagus untuk menjahit silaturahmi para kakek-kakek kita. Dan sekarang kita generasi ketiga melanjutkannya,” kata Puan dalam keterangannya, Kamis (16/6/2022).

Dia meminta agar silaturahmi seperti ini dilakukan secara berkala. Puan ingin seperti kakek dan ibunya yang senantiasa dekat dengan para kiai.

"Dulu Bung Karno dan para kiai selalu bergandengan. Bu Mega dan Gus Dur seperti kakak-adik, ke mana-mana selalu rendengan. Kenapa kita tidak seperti itu sekarang?” tuturnya.

Baca juga: Isu Reshuffle Kabinet Jokowi, Puan Sebut Jatah Kursi Menteri PDI-P Tetap Aman

Menurut Puan, pertemuan dengan Gus-gus tersebut dapat menjadi kerangka pijakan untuk menjalin silaturahmi secara berkala dalam kerangka keluarga besar Indonesia, apalagi pertemuan banyak diisi dengan membicarakan masa depan bangsa Indonesia.

"Silaturahmi didasari niat untuk membangun Indonesia ke depan. Tugas kita menjaga Indonesia yang berbineka,” sebut Puan.

Mantan Menko PMK itu pun memberikan komitmennya kepada para Gus yang mengasuh pesantren di Jatim ini. Puan menyatakan komitmennya untuk membantu pondok-pondok pesantren, khususnya lewat tugas-tugas legislatif.

“Komitmen saya untuk mendorong perhatian kepada pesantren lebih besar,” jelasnya.

Beberapa Gus yang menggelar pertemuan dengan Puan di antaranya adalah Pengasuh Pondok Pesantren Langitan Tuban, KH Maksum Faqih yang menjadi salah inisiator acara Ta’aruf dengan dengan Puan.

Kemudian, ada juga KH Nabil Hasbullah (Ponpes Darul Hikam Ponorogo), KH Moh Hasib Wahab (Ponpes Bahrul Ulum Tambakberas Jombang), dan KH Moh Hisyam (Probolinggo), KH Nabil Hasbullah (Pondok Pesantren Darul Hikam Joresan Mlarak Ponorogo).

Dalam pertemuan tersebut, Gus Maksum mengibaratkan Puan tengah kembali ke rumah yang telah dibangun oleh Bung Karno dan para Kiai NU. Para Gus juga sepakat memanggil Puan dengan sebutan Ning.

“Ini panjenengan seperti kembali ke rumah. Kalau kembali ke rumah harus nyaman sebagai satu keluarga. Karena berkumpul dan satu keluarga dengan Gus-Gus, maka kita panggil saja Ning Maharani,” kata Gus Maksum.

Dia berharap teladan Bung Karno sebagai sosok nasional yang dekat dengan para ulama terus diteladani.

“Kita kaum santri dan nasionalis harus bersatu, harus dipertahankan. Insya Allah tidak akan ada yang menggoyahkan cita-cita Bung Karno,” ujar Gus Maksum.

Gus Maksum lalu menceritakan bagaimana dekatnya Bung Karno dan para Kiai NU yang merupakan kakek kakek para Gus yang hadir.

“Bung Karno selalu minta dukungan ke para Kiai NU. Silaturahmi kakek-kakek kita dengan kakek Ning Puan selalu terjaga. Kita tidak bisa lepas dari sejarah bahwa (kaum) nasionalis dan religius selalu bersama," sebutnya.

Para Gus yang hadir mengamini pernyataan Gus Maksum, seperti Gus Nabil Hasbullah yang menyatakan pentingnya hubungan erat antara ulama dan tokoh-tokoh nasionalis.

“Kalau relijius tidak nasionalis akan menjadi (ideologi) transnasional," pungkas Gus Nabil.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini