News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

1.000 Hari Wafatnya Habibie: Sri Mulyani Ungkap Kekaguman, Boediono Kenang Sidang Kabinet

Penulis: Yohanes Liestyo Poerwoto
Editor: Inza Maliana
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

CHEK UP - Mantan Presiden Habibie, melambaikan tangan kepada para wartawan usai menjalani pemeriksaan kesehatan di Rumah Sakit Pondok Indah, jakarta Selatan, Selasa (17/9). Dalam peringatan 1.000 hari wafatnya Habibie, Sri Mulyani mengungkapkan kekaguman dan Boediono mengenang saat menjadi menteri.(Warta Kota/nur ichsan)

TRIBUNNEWS.COM - Peringatan 1.000 hari wafatnya Presiden RI ke-3, BJ Habibie digelar di Auditorium Perpustakaan Nasional (Perpusnas) pada Sabtu (25/6/2022).

Sejumlah tokoh pun hadir dalam acara tersebut dan salah satunya adalah Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani dan mantan Wakil Presiden, Boediono.

Dalam acara tersebut, Sri Mulyani mengungkapkan kekaguman kepada Habibie dengan menganggap ia telah meninggalkan warisan luar biasa.

“Saya termasuk pribadi yang menerima legacy seperti yang disampaikan Boediono,” tuturnya dikutip dari Kompas TV.

Baca juga: Biografi BJ Habibie, Presiden ke-3 Indonesia yang Menggantikan Soeharto

Pernyataan Sri Mulyani terkait legacy yaitu ekonomi Indonesia dapat diarahkan oleh Habibie sehingga bisa bangkit dari krisis.

Selain itu, Sri Mulyani juga menganggap Habibie adalah presiden yang mampu mengubah Indonesia menjadi luar biasa melalui terbitnya hampir 500 undang-undang dalam jangka waktu 512 hari.

Undang-undang tersebut, kata Sri Mulyani, membuat Indonesia berubah seperti adanya sentralisasi menjadi desentralisasi, independensi Bank Indonesia, disiplin kebijakan ekonomi makro, kebijakan kompetisi, kebijakan pailit, dan lain sebagainya.

“Saat itu belum ada di Indonesia, semuanya dibuat di era Habibie,” jelasnya.

Boediono Kenang saat Sidang Kabinet Era Habibie

Presiden Republik Indonesia ke-3, BJ Habibie saat menghadiri launching single untuk soundtrack film Rudy Habibie yang berjudul 'Mencari Cinta Sejati' di kantor MD Place, Kuningan, Jakarta Selatan, Jumat (20/5/2016). Film Rudy Habibie menceritakan masa mudanya Habibie. Tribunnews/Jeprima (TRIBUNNEWS/JEPRIMA)

Berbeda dengan Sri Mulyani, Boediono mengenang saat dirinya menjabat sebagai menteri di era pemerintahan Habibie.

Wakil Presiden RI ke-11 itu mengungkapkan, menjadi menteri di era Habibie merupakan pengalaman yang menyenangkan.

Selain itu, ia menilai Habibie merupakan pemimpin yang terbuka dengan perbedaan pendapat.

“Menjadi anggota kabinet Reformasi Pembangunan bagi saya merupakan pengalaman yang mencerahkan, mencerdaskan, menyenangkan,” kata Boediono dikutip dari Kompas TV.

Baca juga: Sinopsis Film Habibie & Ainun 3 yang Diperankan Maudy Ayunda, Reza Rahadian, dan Jefri Nichol

Menurut Boediono, latar belakang Habibie yang merupakan ilmuwan membuat sidang kabinet di eranya dirasa dapat membuatnya memperoleh hal baru lantaran adanya diskursus panjang.

“Sebagai ilmuwan beliau menganggap perbedaan pendapat sebagai hal yang lumrah. Saya melihat beliau berusaha mengerti pandangan tersebut,” katanya,

Sebagai informasi, peringatan 1.000 hari wafatnya Habibie juga dihadiri oleh sejumlah tokoh nasional seperti Akbar Tanjung dan Wardiman Djojonegoro yang menyempatkan ke makam Habibie di Taman Makam Pahlawan (TMP) Kalibata untuk berziarah.

Profil BJ Habibie

BJ Habibie (Tribunnews.com/Ali Usman)

Dikutip dari Tribunnewswiki, Habibie atau yang akrab disapa Rudie lahir di Pare-pare pada 25 Juni 1936.

Pada saat kecil ia sempat mengenyam pendidikan sekolah dasar di Pare-pare lalu kemudian melanjutkan pendidikan menengah pertamanya di SMP 5 Bandung usai ayahnya meninggal.

Di kota yang sama, ia melanjutkan masa SMA di Gouverments Middlebare School di kota yang sama.

Setelah lulus, ia pun melanjutkan pendidikan tingginya di Institus Teknologi Bandung (ITB) dengan mengambil jurusan teknik mesin pada 1954.

Namun berselang setahun ia pun mendapatkan beasiswa untuk melanjutkan kuliah di Rhein Westfalen Aachen Technisce Hochschule (RWTH) Jerman dengan spesialisasi konstruksi pesawat terbang.

Lalu pada tahun 1960, Habibie pun memperoleh gelar Ing dari Technische Hoschule Jerman.

Seakan haus akan ilmu, Habibie pun melanjutkan studi doktoralnya di Technische Hochschule Die Facultaet Fuer Maschinenwesen Aachen Jerman dan lulus pada tahun 1965.

Karier

Habibie memulai kariernya dengan bekerja di sebuah indsutri kereta api Firma Talbot, Jerman.

Lantas di tahun yang sama ia bekerja sebagai Kepala Penelitian dan Pengembangan Analisis Struktur Pesawat Terbang di Messerschmitt-Bolkow=Blohm atau MBB Hamburg.

Ia bekerja di perusahaan tersebut hingga tahun 1969.

Kariernya semakin melesat ketika pada tahun 1969-1973 diangkat menjadi Kepala Divisi Metode dan Teknologi di MBB Hamburg.

Baca juga: Tiga Cucu BJ Habibie Datang Menyekar ke TMP Kalibata

Habibie pun kembali naik jabatan dan menjabat Vice President sekaligus Direktur Teknologi di MBB Hamburg pada tahun 1973-1978.

Selain itu pada tahun 1978, ia juga diangkat menjadi Penasihat Senior Bidang Teknologi untuk Dewan Direktur MBB.

Kembali ke Indonesia

Presiden RI ke-2, Soeharto pun meminta Habibie untuk pulang ke Indonesia pada tahun 1974 melalui utusannya, Ibnu Sutowo.

Kemudian di tahun 1978-1997, ia pun menjabat sebagai Menteri Negara Riset dan Teknologi dan menjadi menteri Ristek pertama di Indonesia.

Tidak hanya menjabat sebagai menteri, Habibie juga menjabat beberapa jabatan strategis seperti memimpin BUMN, Ketua Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), serta Ketua Dewan Riset Nasional.

Salah satu proyek prestitius yang dilahirkan oleh Habibie adalah pembuatan pesawat terbang pertama Indonesia yang diberi nama N250 Gatot Kaca.

Proyek ini pun memperoleh sertifikasi dari Federal Aviation Administration (FAA).

Tiga tahun berselang yaitu tepatnya pada 14 Maret 1998, dirinya ditunjuk menjadi wakil presiden oleh Soeharto.

Namun Habibie menjabat sebagai wakil presiden hanya seumur jagung lantaran Soeharto dipaksa mundur sebagai presiden oleh mahasiswa saat tragedi 1998.

Setelah Soeharto lengser, ia pun diangkat menjadi Presiden RI ke-3 dengan masa jabatan hanya 1,5 tahun.

Singkatnya masa jabatan Habibie lantaran lepasnya Timor Timur dari Indonesia dan lengser setelah diadakannya sidang umum MPR 1999.

Setelah itu, ia pun kembali ke Jerman.

(Tribunnews.com/Yohanes Liestyo Poerwoto)(Kompas TV/Switzy Sabandar (Tribunnewswiki/Yonas)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini