Laporan Wartawan Tribunnews, Larasati Dyah Utami
TRIBUNNEWS.COM, COLOMBO - Masyarakat Indonesia di Sri Lanka sepakat bahwa evakuasi bukan pilihan utama meski negara di Asia Selatan tesebut kini mengalami krisis ekonomi.
Diketahui dampak krisis ekonomi, masyarakat di Sri Lanka mengalami kesulitan seperti kelangkaan BBM, gas, pemadaman listrik, dan mahalnya barang-barang kebutuhan pokok.
Hal ini mengemuka dalam dialog KBRI Colombo dengan masyarakat Indonesia di Sri Lanka yang dilaksanakan secara hybrid, Minggu (26/6/2022).
Sebelumnya, Perdana Menteri Ranil Wickremesinghe mengatakan ekonomi Sri Lanka benar-benar telah bangkrut (completely collapsed) akibat sarat hutang dan berbulan-bulan mengalami kekurangan pangan, bahan bakar, dan listrik.
Duta Besar Indonesia untuk Sri Lanka, Dewi Tobing memprediksi masa-masa sulit akibat bangkrutnya perekonomian akan berlangsung empat hingga lima bulan mendatang hingga cairnya bantuan IMF.
Baca juga: Makin Menderita karena BBM Langka, Serikat Pekerja Kesehatan Sri Lanka Mogok Kerja 2 Hari
Dewi meminta WNI menyiapkan cadangan pangan di rumah meskipun di kota-kota tertentu sudah terdapat pembatasan pembelian beras sebanyak 5 kilogram per orang.
“KBRI telah menyiapkan sembako bagi WNI yang sangat membutuhkan," ujar Dewi dalam keterangannya, Rabu (29/6/2022).
Selain menyiapkan sembako, KBRI Colombo juga telah menyusun rencana kontijensi guna membantu WNI jika situasi terus memburuk dan segera memerlukan penanganan.
Baca juga: Ekonomi Sri Lanka Mengalami Kontraksi1,6 Persen di Kuartal Pertama 2022
Saat ini KBRI Colombo menilai situasi masih terkendali untuk ketersediaan makanan, dan telah mengadakan pendataan untuk membantu WNI berpendapatan kecil yang mengalami kesulitan akibat kenaikan harga atau yang kehilangan pekerjaan.
KBRI Colombo belum memandang perlunya evakuasi wajib bagi WNI yang tinggal di Sri Lanka pada saat ini karena kebutuhan pokok makanan masih dapat terpenuhi.
Meskipun bahan bakar dan gas rumah tangga mengalami kelangkaan, pemerintah Sri Lanka tetap mengupayakan suplai terus berlangsung sehingga tidak terjadi kelangkaan dalam jangka waktu yang terlalu lama.
Dari hasil dialog, terungkap bahwa para WNI umumnya masih dapat memenuhi kebutuhan dasar untuk hidup secara layak dan sepakat bahwa saat ini belum pada tahapan perlunya evakuasi.
Baca juga: Gara-gara Ambulans Kurang Bahan Bakar, Seorang Pria di Sri Lanka Akhirnya Mati
Terdapat sebagian kecil WNI yang mengalami kesulitan yang telah dan akan terus dibantu oleh KBRI Colombo.
Hasil dialog juga mengungkap bahwa WNI umumnya masih dapat mengelola situasi krisis dan sebagian saling memberikan bantuan kepada WNI lainnya.
“Kami mengucapkan terima kasih dan apresiasi yang tinggi kepada masyarakat yang telah membantu sesama WNI dan selanjutnya akan terus berkomunikasi dan membantu WNI yang sangat memerlukan bantuan," ucap Dewi.
Jumlah seluruh WNI di Sri Lanka pada bulan Juni 2022 terdata berjumlah lebih dari 500 orang.
KBRI Colombo juga mendukung dan membantu sepenuhnya bagi WNI yang memutuskan untuk sementara meninggalkan Sri Lanka karena krisis.
Pada dialog, Dubes Dewi juga menyambut baik kedatangan perwakilan 200 orang WNI pekerja untuk proyek pengurukan sungai dan konstruksi pembangunan salah satu hotel di Colombo yang baru berlangsung selama 3 bulan.
“Keberadaan 200 WNI pekerja konstruksi membuktikan bahwa pembangunan masih berjalan dan masih terbuka peluang mendatangkan tenaga kerja dari Indonesia meskipun Sri Lanka sedang alami krisis ekonomi," papar Dubes Dewi.
Kegiatan ini diselenggarakan untuk menyerap aspirasi masyarakat Indonesia menyikapi krisis ekonomi yang terjadi di Sri Lanka.