Namun timnya tidak selalu bersamanya 24 jam.
Ada titik-titik tertentu di mana JE seorang diri dan melancarkan aksinya, menurut kesaksian korban.
1 korban bahkan mengaku JE melecehkannya saat timnya berada di dekat mereka.
Namun tim JE tidak tahu apa-apa karena kejadian terjadi pada malam hari, sekitar jam 1 atau jam 2.
Hal lain yang dipertanyakan pihak SPI adalah mengapa salah satu korban justru mengajak orang lain untuk masuk ke SPI jika dia sendiri adalah korban pelecehan seksual.
Menanggapi hal itu, korban mengaku ia sendiri tak habis pikir mengapa melakukan hal itu.
Ia seakan lupa telah terjadi sesuatu kepadanya hingga berani memasukkan orang lain ke sekolah itu.
Hal lain yang dipertanyakan pihak sekolah SPI adalah mengapa korban baru lapor sekarang dan mengapa tidak pergi dari sekolah itu saat mengalami pelecehan.
Salah satu korban mengatakan ia awalnya tidak berniat melaporkan masalah tersebut.
Ia merasa takut dengan JE.
Alam bawah sadarnya mengatakan jika ia pergi dari sekolah itu, maka konsekuensinya lebih besar.
Ia juga pernah bercerita ada temannya yang mencoba kabur, tetapi malah mendapat kekerasan fisik saat ia ditemukan oleh pihak sekolah.
Dengan perasaan takut dan terikat, mereka pada akhirnya tidak dapat benar-benar angkat kaki dari tempat itu.
Sementara itu, Saidah, teman dekat korban, mengaku sangat kaget ketika korban melaporkan kasusnya.