News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Para Ahli Sebut Pola Distribusi Galon Guna Ulang Perburuk Risiko Paparan BPA

Penulis: Anniza Kemala
Editor: Firda Fitri Yanda
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ilustrasi distribusi galon guna ulang.

Deputi Bidang Pengawasan Pangan Olahan, Rita Endang mengungkapkan bahwa temuan anyar tersebut melatarbelakangi keputusan BPOM untuk mengeluarkan draf peraturan pelabelan risiko BPA atas galon polikarbonat.

Dalam draf yang kini menunggu pengesahan, BPOM mewajibkan produsen yang menggunakan galon polikarbonat untuk memasang label peringatan "Berpotensi Mengandung BPA", kecuali mampu membuktikan sebaliknya. Draf tersebut juga mencantumkan masa tenggang (grace period) penerapan aturan selama tiga tahun.

Urgensi pelabelan risiko BPA pada galon guna ulang

Menurut Junadi, BPA pada dasarnya adalah "senyawa sintetik organik" yang berfungsi mempertahankan bentuk dan mencegah kerusakan plastik. Di seluruh dunia, otoritas keamanan pangan telah sepakat untuk mengatur acceptable daily intake secara "sangat progresif" dari awal penggunaan plastik sampai saat ini.

"Semua negara sudah berada pada titik pandang yang sama terkait bagaimana mengelola TDI ini,"ungkapnya

Junadi menambahkan bahwa terdapat studi yang menunjukkan paparan BPA pada tubuh berbanding lurus dengan konsentrasi BPA dalam darah dan urin.

"Sementara konsentrasi BPA dalam darah dan urin sangat erat dengan berbagai penyakit yang berkaitan dengan gangguan endokrin, termasuk perkembangan syaraf dan gangguan mental pada anak-anak. Ini kenyataan yang harus kita buka bersama," katanya.

Mengingat bahaya akibat paparan BPA, terutama dengan efeknya pada kesehatan, termasuk gangguan perkembangan otak dan mental anak usia dini, Junaidi berharap agar Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) tak boleh lagi membiarkan masyarakat terus-menurus terpapar bahan kimia BPA.

Ia menjelaskan bahwa rekomendasi itu merujuk pada hasil penelitian Gugus Peneliti Kesehatan Universitas Airlangga perihal efek paparan BPA pada brain development dan gangguan perkembangan mental anak usia dini.

"Penelitian kami sifatnya terbuka, siapa saja bisa mengakses dan yang kami dapatkan adalah evidence efek paparan BPA pada kesehatan mental dan otak anak. Penelitian ini sesuai dengan standar keilmuan dan Kesehatan,” tuturnya.

"BPOM bisa memperkecil peluang paparan risiko BPA melalui pemberian label pada kemasan makanan dan minuman. Itu bagian dari edukasi publik sekaligus bentuk perlindungan untuk masa depan anak-anak Indonesia,” pungkas Junadi.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini