TRIBUNNEWS.COM - Kepala Staf Kepresidenan, Jenderal TNI (Purn) Moeldoko mendukung upaya Kementerian Pertanian dalam mengembangkan pangan lokal seperti sagu dan sorgum. Menurutnya, langkah tersebut penting dilakukan mengingat saat ini dunia tengah menghadapi krisis pangan akibat berbagai persoalan.
Karena itu, Moeldoko mengajak masyarakat Indonesia untuk melakukan penanaman baik di lahan sempit maupun di pekarangan.
"Saya sudah mengawali menanam sorgum di NTT di Waingapu. Dan ternyata dalam kondisi yang kering itu sorgum bisa bertumbuh dengan subur. Nah ini kita perlu mencari alternatif-alternatif baru untuk menggantikan beras," ujar Moeldoko dalam webinar KSP, Kamis, 28 Juli 2022.
Seperti diketahui, Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo (SYL) bersama Kepala Staf Presiden (KSP) Moeldoko terus melakukan pemantauan ketersediaan pangan pokok di setiap provinsi baik melalui video conference maupun turun ke lapangan. Keduanya juga mendorong masyarakat untuk melakukan diverifikasi pangan lokal sebagai asupan sehat dalam menghadapi krisis global.
"Saya cukup mengantisipasi perkembangan krisis pangan, kalau nanti terjadi kekeringan maka kita harus mencari jenis tanaman yang tahan terhadap panas. Terlebih sorgum itu gulanya rendah, karbohidratnya cukup baik, jadi ini kalau menjadi substitusi beras sangat bagus sekali," katanya.
Moeldoko mengatakan, pertanian adalah sektor yang sangat penting dalam mendukung pertumbuhan ekonomi. Apalagi, saat ini, dunia sedang dalam posisi tidak menentu, dimana persoalan cuaca dapat mempengaruhi produktivitas yang sedang berjalan.
"Dunia ini selalu berubah, tidak menutup kemungkinan tahun berikutnya akan terjadi el nino terjadi kekeringan. Kalau la nina itu musim hujan yang baik risikonya banjir, kalau el nino kekeringan risikonya tidak bisa menanam. Yang saya khawatirkan bisa-bisa bulan Desember tahun berikutnya terjadi el nino," katanya.
Perlu diketahui, Kementerian Pertanian mendorong pemerintah daerah untuk mengembangkan potensi sumber pangan lokal, dan mengajak masyarakat agar mengubah pola pikir, bahwa beras/nasi bukan satu-satunya sumber karbohidrat, karena masih banyak sumber pangan lokal seperti umbian, sukun, jagung, sagu dan lainnya yang memiliki nilai gizi tinggi dan setara dengan beras. (*)