Berdasarkan pengakuan ajudan Ferdy Sambo kepada Komnas HAM, mereka pindah ke rumah dinas untuk isolasi mandiri selama menunggu hasil PCR keluar.
Hal itu memang SOP yang dilakukan mereka setiap baru melakukan perjalanan jauh.
Sedangkan Ferdy Sambo masih berada di rumah pribadinya.
"Setelah berapa lama mereka pergi kelihatan Pak Ferdy Sambo keluar kamar menuju mobil didampingi satu ajudannya dan satu Patwal bergerak ke arah berbeda bukan ke arah rumah dinas," kata Damanik membeberkan rekaman CCTV yang diperiksanya.
Tak berapa lama mobil Ferdy Sambo dan pengawalnya melaju, mereka tiba-tiba berhenti.
Berdasarkan informasi dari penyidik, ujar Damanik, yang menyebabkan mobil Ferdy Sambo berhenti karena mendapat telepon dari sang istri perihal adanya penembakan di rumah dinas.
"Karena mobilnya sulit berbalik karena jalannya ga terlalu besar, dia (Ferdy Sambo) dan ADC (ajudan) lari ke rumah dinas," tutur Damanik.
Baca juga: Ada Potensi Permohonan Perlindungan Gugur, Pengacara Istri Ferdy Sambo: Kami Ikuti Prosesnya di LPSK
"Sekali soal yang di luar CCTV itu keterangan penyidik dan ADC.
Kalau CCTV hanya melihat mobil berhenti dan motor patwal berhenti," beber Damanik.
Di sisi lain, Damanik menjelaskan CCTV yang berbeda memperlihatkan Putri Chandrawathi keluar dari rumah dinas lalu menangis di rumah pribadi.
Putri Chandrawathi menangis bukan didampingi Irjen Ferdy Sambo, melainkan seorang asistennya.
“Tidak beberapa lama, Bu Putri keluar dari rumah dinas, kembali ke rumah pribadi didampingi asisten. Dia tampak menunjukkan wajahnya menangis,” jelas Damanik.
“Kenapa kami bisa mengatakan menangis? Karena CCTV-nya sangat clear, kualitas tinggi,” beber Taufan lagi.
Selanjutnya, Damanik mengatakan datangnya mobil Provost hingga mobil lain ke lokasi kejadian penembakan.
Diduga, mobil Provost ini datang atas perintah Irjen Ferdy Sambo untuk membawa jasad Brigadir J ke Rumah Sakit Kramat Jati. (Tribunnews/Yuda/Gita/WartaKota)