TRIBUNNEWS.COM - Sektor pertanian memiliki andil besar terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia di Kuartal II 2022 yang mencapai 5,44 persen. Tak sedikit dari besaran itu, distribusi pertanian bahkan menduduki tiga besar yang mencapai 12,98 persen atau tumbuh sebesar 1,37 persen. Pertumbuhan ini kurang lebihnya telah berdampak pada peningkatan ekonomi di sejumlah daerah.
Di Jawa Timur, Gubernur Khofifah Indar Parawansa mengaku bersyukur dengan meningkatnya produksi padi dari tahun ke tahun. Apalagi, Jatim termasuk provinsi yang sukses melewati masa pandemi karena sektor lainnya terprosok pada kontraksi yang cukup dalam.
Khofifah mengatakan semua capaian tersebut tak lepas dari upaya dan kerja keras Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (Mentan SYL) dalam mewujudkan pertanian maju dan lebih kuat. Baginya, SYL adalah menteri yang sangat gigih dalam mendampingi petani untuk tetap berproduksi dalam kondisi pandemi.
"Bapak Menteri Pertanian (Syahrul Yasin Limpo) sangat sering ke Jawa Timur. Tidak hanya pangan yang menjadi perhatian, namun juga peternakan. Sehingga produksi pertanian dan peternakan kami sangat bagus," ujar Khofifah beberapa waktu lalu.
Terpisah, Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo mengaku senang karena sektor pertanian kembali mampu membuktikan sebagai penyelamat ekonomi. Bahkan dia melihat, Indonesia memiliki titik cerah yang lebih baik apabila sektor pertaniannya dikerjakan secara serius.
"Infrastruktur masih tinggi menyuplai pertumbuhan. Pertanian juga tinggi, saya senang. Alhamdulillah nilai tukar petani kita bagus ya di petani, mudah-mudahan ini kabar baik," katanya.
Menurut Ganjar, Sektor-sektor yang sudah menyuplai pertumbuhan ekonomi tinggi harus diberikan pendampingan untuk menjaga stabilitas ekonomi di tengah terpaan krisis global yang tidaklah ringan. "Presiden kemarin bilang, tahun ini kita siap-siap. Ingat, tahun depan belum tentu baik," ungkap Ganjar.
Sebagai informasi, berdasarkan data BPS Jawa Tengah pada kuartal I 2022 pertumbuhan ekonomi tercatat mencapai 5,12 persen. Kuartal II 2022 dapat didongkrak menjadi 5,66 persen. Sementara pada periode yang sama, pertumbuhan ekonomi nasional mencatat 5,01 pada kuartal I dan 5,44 persen pada kuartal II.
Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo mengatakan bahwa sektor pertanian selama tiga tahun terakhir merupakan bantalan ekonomi yang tumbuh positif disaat sektor lainya mengalami pelambatan. Menurutnya, hal itu terjadi karena pertanian adalah pilihan pasti dalam memperkuat ekonomi.
"Kita ingat bahwa semua negara mengalami turbulensi yang sama, dimana pandemi merebak ke seluruh dunia. Kita tahu perubahan cuaca atau climate change membuat cuaca berubah. Belum lagi kita menghadapi geopolitik perang Rusia dan Ukraina. Tapi yang pasti, pertanian hadir dan menjadi bantalan ekonomi," katanya.
Mentan mengatakan, Indonesia bahkan termasuk negara yang sangat kecil mengalami kemungkinanya resesi karena angkanya hanya 3 persen. Sangat jauh jika dibandingkan dengan Srilangka yang berpeluang resesi sebesar 85 persen atau selandia Baru 33 persen.
"Saya melihat inflasi di sejumlah negara terus mengalami kenaikan. Di Uni Eropa mencapai 9,6 persen, Amerika 9,1 persen, Inggris, 8,2 persen, Korea 6,1 persen. Tapi di Indonesia, alhamdulillah masih terjaga di angka 4,4 persen," jelasnya.
Perlu diketahui, produksi beras nasional pada tahun 2019 mencapai 31,31 juta ton, meningkat di tahun 2020 menjadi 31,36 juta ton dan di tahun 2021 sebesar 31,33 juta ton. Disisi lain, ekspor pertanian dari tahun ke tahun juga mengalami kenaikan yang diikuti kenaikan NTP maupun NTUP. (*)