TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Suasana haru mewarnai prosesi pemakaman Achmad Hermanto Dadak, ayah dari Wakil Gubernur Jawa Timur Emil Dardak.
Prosesi pemakaman Wakil Menteri Pekerjaan Umum periode 2009-2014 itu dilakukan di Taman Makam Pahlawan (TMP) Kalibata, Jakarta, Minggu (21/8/2022).
Para kolega, pejabat, dan keluarga almarhum menghadiri prosesi pemakaman Hermanto itu dengan busana hitam dan putih.
Prosesi pemakaman dipimpin Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono sebagai Inspektur Upacara.
Baca juga: Emil Kenang Etos Kerja Ayah Hermanto Dardak: Beliau Tidak Bisa Dipisahkan, Ada Darah PU di Dalamnya
Kemudian pembacaan doa dipimpin oleh mam Besar Masjid Istiqlal Nasaruddin Umar.
Suasana haru mewarnai prosesi pemakaman itu.
Istri Hermanto, yakni Sri Widayanti terlihat duduk di barisan depan dengan sesekali mengusap mata.
Sementara Emil Dardak beserta istri, Arumi Bachsin tampak tertunduk lesu seraya meratapi liang kubur sang ayah.
Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa yang ikut hadir di pemakaman itu juga mengeluarkan air mata.
Seusai prosesi pemakaman, Emil dan ibundanya melakukan tabur bunga serta menyalami para pelayat yang hadir untuk menyampaikan bela sungkawa.
"Terima kasih sudah hadir, mohon maaf jika ada yang kurang berkenan," kata Emil kepada para pelayat di TMP Kalibata, Jakarta.
Emil merasa bersyukur prosesi pemakaman berlangsung lancar.
"Alhamdulillah bersyukur prosesi pemakaman berjalan lancar. Tidak ada lebih dari yang diinginkan seorang anak, selain mengantar peristirahatan terakhir ayah dengan sebaik-baiknya," imbuh Emil.
Dalam sambutannya pada upacara pemakaman itu Emil juga sempat menyinggung lagu kesukaan sang ayah berjudul "My Way" yang dinyanyikan Paul Anka.
Baca juga: Emil Dardak Cerita Unduh Foto di TMP Kalibata, Sebelum Peristiwa Kecelakaan Sang Ayah
Wakil Gubernur Jawa Timur itu pun mengutip potongan lirik lagu kesukaan ayahnya itu.
"Salah satu lagu favorit beliau yang berjudul 'My Way' yang salah satu liriknya adalah, and now the end is near and so I face the final curtain," kata Emil Dardak.
Ia menjelaskan, lagu itu bercerita tentang seseorang yang mengenang perjalanan hidupnya hingga hampir akhir hayat.
Lagu itu, kata dia, juga mengisyaratkan tentang bagaimana jika meninggal hingga peninggalan apa yang diberikan almarhum saat wafat.
"Artinya beliau tahu bahwa siapapun akan punya waktunya di dunia ini. Dan mungkin beliau membayangkan seperti apa di akhir waktu nanti bagi diri beliau," kata Emil.
Menurut Emil, Hermanto adalah sosok ayah sekaligus suami bagi sang ibunda yang sudah menikah hampir 40 tahun.
Emil juga mengatakan ayahnya kalah sosok yang punya etos kerja tinggi, terlebih di Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat.
"Beliau tidak bisa dipisahkan. Nungkin kalau dibelek darahnya ini ada PU di dalamnya," kata Emil.
"Itu sebabnya kami sangat terharu mengantarkan beliau ke kantor Kementerian Pekerjaan Umum,” ujarnya menambahkan.
Emil juga bercerita bagaimana ia menjadi saksi pada suatu malam diminta membantu untuk mengerjakan bahan-bahan terkait infrastruktur.
"Kadang saya ketiban sampur. Di satu malam saya dibangunin waktu SMP bantu beliau merapikan bahan-bahan untuk infrastruktur," ujar Emil.
Emil juga mengaku semasa kecil ia kerap diajak melihat proyek-proyek pembangunan yang dikerjakan Hermanto.
Sejak SD Emil sudah dikenalkan dengan infrastruktur.
Baca juga: SBY-Boediono Melayat ke Rumah Duka Mendiang Hermanto Dardak
"Saya waktu SD naik sepeda ke pasar tradisional. Diperkenalkan oleh ayah, ini loh sektor informal," kata Emil.
Atas semua etos dan dedikasi sang ayah itu Emil mengaku terpengaruh, hingga akhirnya ia memilih untuk menjadi pejabat.
"Tidak salah kalau paradigma saya hari ini terpengaruh dari beliau," imbuh Emil.
Terkait kematian sang ayah, Emil mengungkapkan sesuatu yang tidak biasa sebelum ayahnya wafat pada Sabtu (20/8/2022).
Emil mengatakan sang ayah sempat mencetak sebuah foto berukuran besar beberapa waktu lalu.
"Kemarin almarhum mencetak foto dalam bingkai ukurannya besar dan close up dan itu yang kita pakai di rumah, di rumah duka," kata Emil.
"Beliau baru cetak seminggu yang lalu kalau enggak salah," ujar Emil.
Sejak awal, kata dia, perilaku tersebut membuat keluarga heran, untuk apa foto berukuran besar dan diambil jarak dekat itu digunakan.
Namun saat ditanya, almarhum justru menjawab soal harga yang dianggap relatif murah.
"Ya kita enggak nanya budget, tapi buat apa gitu kan. Ya mungkin itu foto yang beliau ingin dipasang di rumah duka, dan itu mungkin," katanya.
Masih soal foto, Emil mengatakan dirinya juga sempat mengunduh foto bersama sang istri, Arumi Bachsin saat berkunjung ke Taman Makam Pahlawan.
Foto itu diunduh ke ponsel Emil hanya sekitar dua hingga tiga hari yang lalu.
"Saya baru sadar tadi ngelihat gerbangnya sama. Lah ini foto yang baru saya download tiga hari yang lalu," katanya.
"Jadi ya, kadang misteri ya kita enggak tahu. Tapi saya rasa, ada yang lebih penting dari itu bahwa kita harus ikhlas, harus ikhlas terhadap suratan takdir," lanjut Emil.
Sementara itu istri Emil, Arumi Bachsin mengenang sosok sang mertua sebagai orang yang serius dan kaku. Namun, kata dia, semua itu berubah ketika hadir sang cucu.
"Dari sosok yang di mata kami tadinya, haduh serius sekali ya itu," kata Arumi.
"Ketika (kami) sudah punya anak, ketika sudah punya cucu saya sendiri pun ngelihatnya (berubah), jadi terenyuh gitu," kata Arumi.
Baca juga: Mertua Arumi Bachsin, Hermanto Dardak Meninggal Dunia, Chaca Frederica Ucapkan Duka dan Minta Doa
Arumi menuturkan, dahulu, mendiang Hermanto Dardak merupakan sosok yang kaku.
Ia pun bercerita kala dirinya dan Emil tinggal serumah dengan mertuanya itu.
Kata dia, untuk menyatu dengan sosok Hermanto Dardak cukup sulit, mengingat wataknya yang serius.
"Dahulu kami sempat tinggal bareng waktu awal nikah, nah bondingnya itu (susah). Kalau sudah pulang kerja ngomonginnya yang serius," katanya.
Latar belakang Hermanto di bidang infrastruktur membuat Arumi mau tidak mau jadi paham mengenai hal tersebut.
Bahkan, lanjut Arumi, dirinya mengaku jadi memahami soal infrastruktur.
Padahal sebelumnya dia tidak mengetahui sama sekali perihal tersebut.
"Saya tuh inget dari mulai saya enggak ngerti apa-apa, sampai lama-lama tuh bisa punya (pengetahuan), oh infrastruktur tuh gini. Oh jadi maksudnya gini. Ya itu kakung dicekokin," katanya.
Bahkan sosok Hermanto yang serius itu menjadi lembut kepada cucu-cucunya.
Itu tercermin saat bepergian dan selalu menawarkan barang menarik.
Padahal, lanjut dia, sebelumnya keluwesan itu belum pernah dilihat oleh anak dan menantu.
"Dia yang inisiatif, ayo anak-anak mau belanja enggak, mau ini gak, jadi kok luwes banget gitu ke anak-anak, ke cucu-cucunya," kata Arumi.
"Ada sisi yang enggak pernah kami sebagai anak-anak itu lihat. Tapi sisi itu muncul ketika sudah kesini-sini ya. Jadi kenangan buat saya sih khusus," tuturnya menambahkan.
Achmad Hermanto Dardak meninggal dalam kecelakaan di Tol Pemalang-Batang, Jawa Tengah (Jateng) pada Sabtu (20/8/2022) sekitar pukul 03.25 WIB.
Kecelakaan maut tersebut tepatnya terjadi di ruas Tol Pemalang Batang KM 341+400 arah Jakarta.
Mobil yang ditumpangi Hermanto menabrak truk Hino berpelat nomor K 1909 BH yang berada di depannya.
Saat itu, truk yang dikemudikan Yoyok berjalan menuju arah Jakarta. Dia mengemudi di lajur kiri.
"Tiba-tiba diseruduk dari belakang gitu aja. Kalau dilihat dari kerusakan mobil yang nyeruduk itu ya kecepatan tinggi," ujarnya.
Akibat peristiwa tersebut, kondisi truk Yoyok mengalami sejumlah kerusakan, seperti ban sobek dan pangkon lampu belakang bengkok.
Sementara Toyota Innova yang ditumpangi Hermanto Dardak mengalami rusak berat.
Tabrakan tersebut juga membuat kondisi mobil Toyota Innova yang ditumpangi Achmad Hermanto Dardak rusak berat.(tribun network/dns/fal/dod)