TRIBUNNEWS.COM - Kasus dugaan penganiyaan murid yang menjerat Supriyani, guru honorer di SDN 4 Baito, Konawe, Sulawesi Tenggara, terkesan dipaksakan.
Bahkan sejak awal kasusnya, Supriyani sendiri sebagai tertuduh telah membantah melakukan penganiayaan.
Pun demikian pengakuan korban berinisial D, yang awalnya mengaku ke orang tuanya sebagai korban pemukulan menggunakan sapu oleh Supriyani, sempat menganulir ucapannya.
Korban menganulir pengakuannya saat ditanya oleh Lilis, yang tak lain wali kelasnya di sekolah tersebut.
Diakui korban saat bicara di ujung telepon dengan Lilis, luka pada paha kanannya disebabkan karena jatuh di sawah. Bukan karena penganiayaan.
Baca juga: Video Dapat Somasi, Supriyani Diduga Cemarkan Nama Baik Bupati Konsel usai Cabut Kesepakatan Damai
Demikian pernyataan Lilis usai jalani pemeriksaan di Propam Polda Sulawesi Tenggara.
Lilis mengaku sempat dimintai keterangan mengenai keberadaan dirinya pada Rabu 24 April 2024 atau saat hari kejadian pemukulan yang dituduhkan ke Supriyani.
"Jadi ada 16 pertanyaan penyidik soal waktu kejadian hari Rabu itu," katanya saat diwawancarai usai diperiksa di Propam Polda Sultra.
Kepada TribunnewsSultra.com, ia yakin Supriyani tak melakukan pemukulan.
Dari pagi hingga pulang sekolah, ia berada di kelas untuk mengajar.
"Sampai anak-anak pulang jam 10 tidak ada kejadian itu, Ibu Supriyani juga mengajar di Kelas 1B," katanya.
Dua hari setelah kejadian, lanjut Lilis, ia baru menerima informasi adanya pemukulan.
Saat itu, ia ditelepon oleh orang tua D.
"Orang tua D bilang anaknya dipukuli sama ibu Supriyani. Terus saya tanya waktu pakai baju apa, Pak Bowo jawab baju batik," kata Lilis.