Laporan wartawan Tribunnews, Mario Christian Sumampow
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ketua Komisi VII DPR RI Sugeng Suparwoto mengatakan belum tentu ada kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi pada pekan ini maupun pekan depan.
Diketahui saat ini pemerintah mewacanakan menaikan harga BBM untuk jenis pertalite dan solar.
“Belum tentu (ada kenaikan harga). Kita akan hitung, sedang kumpulkan berapa windfall profit kenaikan komoditas yang dinikmati negara itu berapa, apa masih bisa mengkompensasi,” kata Sugeng dalam Gelora Talk bertajuk ‘Siap-siap Harga BBM Melambung Lagi: Hidup Kian Mencekik, Kemana Rakyat Mengadu? Kamis (25/8/2022).
Menurut dia, penyesuaian harga BBM subsidi jenis pertalite dan solar akan berdampak terhadap melambungnya harga-harga barang atau inflasi.
Kondisi ini, akan semakin memberatkan kehidupan kaum marjinal.
Baca juga: Erick Thohir Hingga Sri Mulyani ke Kantor Menko Airlangga Bahas Subsidi BBM
“Ini harus dihitung betul, dengan asumsi perhitungan bahwa kenaikan Pertalite 10 persen saja, bisa berdampak terhadap inflasi 0,5%, kalau ditambah Solar bisa 0.8%. Disatu sisi rakyat miskin harus diselamatkan, dan anggaran negara tidak juga jebol,” jelasnya, Rabu (24/8/2022).
Politikus Partai Nasdem ini juga mengkrtik keras upaya Menko Maritim dan Investasi (Marves) Luhut Binsar Pandjaitan yang mengatakan Presiden Joko Widodo (Jokowi) akan mengumumkan kenaikan harga BBM Pertalite pada pekan ini.
“Itu statement yang ceroboh, tidak manusiawi, merugikan semua orang. BBM belum naik saja, harga-harga sudah naik hari ini dan terjadi rush di SPBU-SPBU gara-gara pengumuman saudara Luhut Panjaitan. Itu kritik keras saya,” katanya.
Baca juga: Anggota DPR: Kenaikan Harga BBM akan Berdampak Pada Kehidupan Nelayan
Sugeng menegaskan, kebutuhan BBM Pertalite saat ini hanya sampai Oktober 2022.
Sehingga, perlu dicarikan solusi yang benar-benar komprehensif untuk menyelamatkan inflasi, keuangan negara dan BUMN yang dberikan penugasan.
Komisi VII DPR, lanjut Sugeng, mengusulkan harga Pertalite sekarang Rp7.650 per liter akan disesuaikan di harga Rp10.000 per liter.
Begitupun harga solar sekarang Rp 5.510 per liter akan menjadi sektiar Rp 7.000 per liter.
“Paling banter naik maksimum 30% menjadi Rp10.000 per liter untuk Pertalite. Sedangkan pengguna motor, angkot dan solar untuk keperluan angkutan logistik masih tetap, harganya seperti sekarang. Kalau angkutan industri, pakai harga baru,” katanya.
Baca juga: Kenaikan Harga BBM Belum Diputuskan, Ini yang Sedang Dilakukan Pemerintah
Sugeng mengatakan, anggaran subsidi tentunya tidak cukup dengan mempertimbangkan dinamika perkembangan kondisi riil ekonomi. Apalagi 70% BBM Subsidi dinikmati oleh kelompok masyarakat yang tidak berhak Harga ICP di dalam APBN 2022 dipatok 63 dollar AS per barrel kenyataannya sekarang 104 dollar AS per barrel.
Sementara nilai tukar rupiah yang diperkirakan Rp 14.350 juga bergerak melemah jadi Rp14.500 per dollas AS.
"Jadi Indonesia memang rentan terhadap gejolak harga energi. Mayoritas untuk memenuhi kebutuhan ini mengacu pada harga impor dan tidak berada dikendali pemerintah,” katanya.