News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Data Negara Bocor

Telusuri Latar Belakang Hacker Bjorka, BSSN: Kami Koordinasi dengan Bareskrim Polri

Penulis: Pravitri Retno Widyastuti
Editor: Salma Fenty
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Bjorka dan Ketua BSSN, Hinsa Siburian. BSSN saat ini tengah menelusuri latar belakang hacker Bjorka, berkoordinasi dengan Bareskrim Polri.

TRIBUNNEWS.COM - Latar belakang hacker Bjorka tengah ditelusuri oleh Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN).

Penelusuran terhadap Bjorka ini merupakan buntut aksinya meretas sejumlah instansi dan pejabat negara.

Kepala BSSN, Letjen TNI (Purn) Hinsa Siburian, mengungkapkan pihaknya saat ini tengah berkoordinasi dengan Bareskrim Polri terkait penelusuran latar belakang Bjorka.

“Sedang kita telusuri ya,” katanya di Kantor BSSN, Depok, Jawa Barat, Selasa (13/9/2022), dikutip dari Kompas.com.

“Kita bersama-sama dengan aparat terkait, khususnya Bareskrim kita juga berkoordinasi untuk mendapatkan (latar belakang),” imbuhnya.

Bareskrim Polri sendiri telah bergabung dengan tom khusus yang dibentuk pemerintah untuk mengusut Bjorka.

Baca juga: POPULER NASIONAL Asal-usul Hacker Bjorka | Bripka RR Lihat Ferdy Sambo Menangis

Kadiv Humas Polri, Irjen Dedi Prasetyo, mengungkapkan tim Bareskrim Polri yang bergabung dengan tim khusus adalah Direktorat Tindak Pidana Siber (Dittipidsiber).

"Iya, tim Siber Bareskrim Polri sudah masuk dalam tim terpadu," ujar Dedi saat dikonfirmasi Kompas.com, Selasa.

Namun, Dedi belum menjelaskan secara detail soal langkah yang akan diambil Bareskrim Polri untuk mengusut serangan Bjorka.

"Menunggu update dari Siber," tambah dia.

Diketahui, pemerintah telah membentuk tim khusus untuk merespons serangan siber oleh hacker Bjorka.

Pembentukan tim ini disampaikan Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo), Johnny G Plate, usai mengikuti rapat internal bersama Presiden Joko Widodo (Jokowi), Menko Polhukam Mahfud MD, Kepala BSSN Hinsa Siburian, dan Wakil Presiden Ma'ruf Amin di Istana Negara, Senin (12/9/2022).

Hingga saat ini, Bjorka diduga telah meretas data pelanggan Indihome, data registrasi SIM Card, data KPU RI, dan sejumlah dokumen surat menyurat milik Jokowi, termasuk surat yang dikirim oleh Badan Intelijen Negara (BIN).

BSSN Imbau Publik Tenang

Kepala Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) Letjen TNI (Purn) Hinsa Siburian saat wawancara dengan Tribun Network di Gedung Tribunnews.com, Palmerah, Jakarta Pusat Senin (30/5/2022). Pada kesempatan tersebut Hisna mengatakan bahwa serangan-serangan di dunia siber terus terjadi setiap saat. Hal tersebut bisa terlihat langsung jika berkesempatan melihat pusat operasi keamanan siber. Tribunnews/Jeprima (Tribunnews/JEPRIMA)

Terkait serangan siber Bjorka, BSSN meminta agar masyarakat tetap tenang.

Baca juga: Al Araf: Data Bjorka Pertegas Pengungkapan Kasus Munir Adalah Kepentingan Publik

Kendati demikian, BSSN memperingatkan agar ketenangan tersebut tak membuat masyarakat abai terhadap serangan siber.

“Masyarakat diharapkan menyikapi dengan tenang, tapi bukan berarti abai."

"Jadi intensitasnya kalau dalam siber intensitas rendah dan kita harapkan jangan sampai terjadi juga meningkat,” ujar Ketua BSSN, Hinsa Siburian, Selasa.

Hinsa menilai serangan siber yang dilakukan Bjorka termasuk intensitas rendah.

Menurutnya, serangan siber terbagi dalam tiga kategori, yaitu rendah, sedang, dan tinggi.

Pencurian data seperti yang dilakukan Bjorka, kata Hinsa, adalah serangan siber kategori rendah.

"Jadi tingkatan di ruang siber itu mulai dari intensitas rendah, sedang, dan tinggi."

"Kalau dilihat kategori dari serangan yang bersifat pencurian data itu masih intensitas rendah sebenarnya," ungkap Hinsa, dilansir Tribunnews.com.

"Karena saya katakan tadi, ada yang sampai tinggi yang bisa melumpuhkan sistem elektronik atau infrastruktur informasi vital kita," imbuhnya.

Baca juga: KASUM: Pemerintah Harusnya Bentuk Tim Cari Dokumen Tim Pencari Fakta Munir, Bukan Kejar Bjorka

Hinsa pun mengungkapkan jika tidak ada satu negara pun di dunia yang bisa menyatakan ruang sibernya aman 100 persen.

Ia mencontohkan negara yang pernah diserang hacker, di antaranya ada Amerika Serikat, China, hingga Iran.

"Nah perlu kita sadari juga tidak ada satu negara pun di dunia ini (di bidang siber) yang menyatakan kami aman 100 persen, tidak ada."

"Amerika pernah diserang, China pernah diserang, Iran, dan sebagainya," terangnya.

Oleh karena itu menurut Hinsa, untuk mengatasi serangan siber ini diperlukan antisipasi dan evaluasi terus menerus karena teknologi akan terus berkembang, hacker, dan ancaman siber juga ikut berkembang.

"Jadi apa dalam mengatasi ataupun kita menghadapi ini, antisipasi dan evaluasi dan kesiapan terus."

"Jadi tidak boleh sombong, kami sudah kuat, sitem kami sudah paling hebat."

"Karena apa, kan teknologi berkembang, hacker dan ancaman juga berkembang," pungkasnya.

(Tribunnews.com/Pravitri Retno W/Farryanida Putwiliani, Kompas.com/Achmad Nasrudin Yahya/Rahel Narda Chaterine)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini