TRIBUNNEWS.COM - Perseteruan antara Anggota TNI dengan Anggota Komisi I DPRD RI Fraksi PDI-P, Effendi Simbolon mulai mereda.
Meski sempat beredar video KSAD Jenderal Dudung Abdurachman untuk mengecam Effendi Simbolon.
Kini Jenderal Dudung meminta menyudahi perseteruan, karena Effendi Simbolon sudah meminta maaf.
Bagaimana awal mula perseteruan KSAD Jenderal Dudung dan Fraksi PDIP Effendi Simbolon?
Awal Mula
Perseteruan bermula saat Effendi Simbolon menyebut TNI sebagai 'gerombolan' dan 'ormas' saat rapat dengan Kementerian Pertahanan dan Panglima TNI Jenderal Andika Perkasa beberapa waktu lalu.
Baca juga: Ini Alasan Dandim Cilegon Bersama Prajuritnya Buat Video Marah Kepada Effendi Simbolon
Effendi bahkan ikut menyinggung isu renggangnya hubungan Jenderal Dudung dengan Panglima TNI Jenderal Andika Perkasa.
Setelah pernyataan tersebut, prajurit TNI mulai naik pitam, mulai dari level Komando Distrik Militer (Kodim), Komando Resor Militer (Korem), Komando Daerah Militer (Kodam), hingga di lingkungan Markas Besar TNI Angkatan Darat (Mabesad).
Beredar Video Jenderal Dudung Kecam Effendi Simbolon
Lalu beredar video Jenderal Dudung memerintahkan prajurit untuk kecam Effendi Simbolon.
Dilansir Kompas.com, video berdurasi 2,45 menit tersebut didapat Tim Kompas dari Effendi Simbolon secara langsung.
Dalam video tersebut, Jenderal Dudung meminta agar jajarannya tidak diam merespon Effendi.
"Jangan kita diam saja. Dia ini siapa? Enggak berpengaruh, enggak berpengaruh! Harga diri, kehormatan kita kok diinjak-injak sama dia," ucap Dudung dalam rekaman yang dilihat Kompas.com, Rabu (14/9/2022).
Jenderal Dudung juga tegas pada prajurit untuk tidak takut untuk bersuara saat kehormatan diinjak-injak.
Namun saat dicoba untuk dikonfirmasi tentang kebenaran video tersebut, KSAD Jenderal Dudung tak memberikan respons.
Baca juga: Minta Maaf soal TNI Seperti Gerombolan, Effendi Jelaskan Kronologi saat Rapat dengan Panglima TNI
Effendi Minta Maaf dan Klarifikasi tentang Gerombolan dan Ormas
Di hari yang sama, Effendi Simbolon mengklarifikasi tentang pernyataannya dan berusaha meminta maaf langsung kepada KSAD Jenderal Dudung.
Dikutip dari Tribunnews.com, Effendi hanya ingin menanyakan tentang informasi terkini tentang kabar ketidakharmonisan keduanya.
Effendi juga menjelaskan maksud dari kata 'gerombolan' dan 'ormas' yang ia sebutkan sebelumnya.
"Di situ saya ingin bertanya kepada Panglima TNI Jenderal Andika Perkasa dan KSAD Jenderal Dudung yang seyogyanya ada di situ untuk menayakan informasi-informasi yang kami terima berhubungan hal-hal yang menyangkut disharmoni. Saya menggunakan diksi disharmoni karena menyangkut keberadaan dari TNI secara keseluruhan," lanjutnya.
Tapi pada kesempatan itu, kata Effendi, memang KSAD tidak hadir dan ditanyakan oleh anggota DPR lainnya.
"Poin saya bukan tidak hadirnya atau hadirnya, tapi akan lebih elok kalau keduanya hadir untuk dimintai penjelasan seputar masalah yang kami ingin dapatkan penjelasan dari mereka," terangnya.
"Di situlah ada hal-hal yang intinya masalah kepatuhan, kehomatan di TNI, itu yang kami tahu adalah kepatuhan. Di situlah saya menyadari bahwa mungkin ada yang tidak nyaman dan tidak elok, juga beberapa pihak tidak nyaman, mungkin merasa tersingungg, tersakiti akan kata-kata yang keluar dari saya seputar gerombolan dan ormas," jelas Effendi lagi.
Effendi menyatakan, dirinya tidak pernah menstigmakan TNI itu gerombolan.
"Tapi lebih kepada kalau tidak ada kepatuhan, kalau tidak ada harmoni, dan seterusnya itu seperti gerombolan. Itulah poin yang ingin saya sampaikan di forum," tegasnya.
Lebih lanjut, Effendi meminta maaf kepada prajurit TNI, khususnya kepada Panglima TNI, KSAD, dan KSAU.
"Sekali lagi saya mohon maaf kepada seluruh prajurit baik yang bertugas maupun sudah purna."
"Memohon kepada Panglima TNI Jenderal Andika Perkasa, Kepala Staf Angkatan Darat Jenderal Dudung Abdurachman, Kepala Staf Angkatan Laut Laksamana Yudo Margono, dan Kepala Staf Angkatan Udara Marsekal Fadjar Prasetyo yang mungkin juga merasa ada hal yang kurang nyaman," tutur Effendi.
Lalu, Effendi menyatakan, ingin menegakkan mencintai TNI sesuai tupoksinya.
"Sekali lagi saya berharap kita mencintai TNI tidak dengan kemudian juga mengurangi hormat kita ke hal-hal mungin ada yang kurang pas di tubuh TNI sendiri," ucapnya.
Amarah KSAD Jenderal Dudung Mereda, Meski Akui Sakit Hati
Di tempat lain, amarah KSAD Jenderal Dudung telah mereda.
Jenderal Dudung memang mengaku sakit hati dengan apa yang diucapkan Effendi.
Bahkan Jenderal Dudung meyakini jika pernyataan Effendi bukanlah mewakili anggota dewan maupun partai.
"Ya memang beliau (Effendi Simbolon) punyak hak konstitusional sebagai anggota dewan, tapi kami TNI, khususnya TNI Angkatan Darat punya kehormatan dan harga diri yang tidak boleh diganggu, kami TNI Angkatan Darat menjalankan tugas baik di daerah operasi maupun tugas tugas lain membantu rakyat sangat luar biasa," jelas Jenderal Dudung dikutip dari siaran Kompas TV.
"Anggota Komisi I semuanya baik, jadi kalau menyampaikan TNI seperti gerombolan lebih dari ormas, itu menyakitkan bagi saya. Saya sudah lama bertugas di daerah. Tidak paham tentang fakta dan bukti sebenarnya, jangan asal bicara karena itu menyakitkan," lanjut Jenderal Dudung.
KSAD Dudung juga meminta untuk berhenti mengirim protes pada Effendi Simbolon, karena yang bersangkutan telah meminta maaf.
"Saya tekankan kepada seluruh prajurit, saya lihat di media sosial banyak yang menyampaikan kemarahannya, saya minta hentikan, cukup, beliau pun hari ini sudah minta maaf. Dan TNI pada umumnya tetap solid, tidak ada perbedaan saya dengan Pak Andika mungkin ada perselisihan sedikit itu biasa, perbedaan itu biasa," katanya.
(Tribunnews.com/ Siti N/ Chaerul Umam/ Kompas TV)