TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA- Politikus PDI Perjuangan Sabam Sirait dikenang sebagai pejuang demokrasi dan pelopor pergerakan kaum buruh semasa hidup.
Dalam perjuangannya, Sabam Sirait bersama-sama dengan alm
Muchtar Pakpahan, alm KH Abdurrahman Wahid alias Gusdur dan tokoh-tokoh lainnya semasa orde baru.
"Sabam salah satu pelopor pergerakan kaum buruh di masa orde baru dalam melawan penindasan dan membantu buruh yang termarjinalkan," kata Frans Gultom Ketua Umum Federasi Serikat Pekerja Indonesia Banking Union & Fintech (IBUF) dalam keterangannya mengenang satu tahun meninggalnya Sabam Sirait, Kamis (29/9/2022).
Bantuan yang diberikan Sabam, lanjut Frans adalah advokasi atau pembelaan yang sistemik kepada kaum buruh.
Baca juga: Di Diskusi Publik GMKI, LaNyalla: Sabam Sirait Literatur Demokrasi, HAM, Kebhinekaan dan Keadilan
"Sabam Sirait semasa hidup dikenal konsisten dan sangat teguh dengan prinsip bernegara dan berbangsa. Sabam Sirait salah satu pejuang yang tetap mendukung tegaknya NKRI, Pancasila, UUD 1945, dan kebhinnekaan. Beliau seorang pejuang sejati," kata dia.
Frans mengungkapkan Sabam memandang politik adalah suci yakni sarana perjuangan mewujudkan kebenaran dan keadilan.
Frans mengungkapkan Sabam pernah mengutip pandangan Bung Karno 'Bila memperjuangkan kemerdekaan itu adalah politik, maka politik itu suci. Bila mengusir penjajah, mempertahakan kemerdekaan dan mengisi kemerdekaan itu adalah politik, maka politik itu suci'.
"Kritik yang Sabam sampaikan adalah bentuk kepedulian kepada rakyat. Dan itulah makna sesungguhnya dari politik. Baginya, politik itu suci: perjuangan mewujudkan kebenaran dan keadilan untuk rakyat," pungkas Frans.
Sabam Sirait meninggal dunia pada Rabu (29/9/2021) pukul 22.37 WIB, di RS Siloam Karawaci, Tangerang, Banten.
Sabam meninggal dunia di usia 85 tahun. Selama ini, Sabam dikenal luas sebagai politisi senior PDI Perjuangan.
Sabam Gunung Pinangian Sirait lahir pada 13 Oktober 1936 di Pulau Simardan, Tanjungbalai, Sumatera Utara.