TRIBUNNEWS.COM - Inilah sosok Ade Irma Suryani, putri Jenderal AH Nasution yang menjadi korban Gerakan 30 September (G30S) pada 1 Oktober 1965.
Ade Irma Suryani menjadi sasaran tembak ketika G30S hendak menculik Jenderal AH Nasution di kediamannya di Jalan Teuku Umar nomor 40, Menteng, Jakarta.
Ia menghembuskan napas terakhir setelah dirawat di RSPAD Gatot Subroto Jakarta pada 6 Oktober 1965.
Ade Irma Suryani lahir pada 19 Februari 1960.
Ia merupakan anak bungsu dari Jenderal AH Nasution.
Untuk mengenangnya, nama Ade Irma Suryani dijadikan sebagai nama jalan di sejumlah daerah di Indonesia.
Baca juga: Mengapa G30S Bisa Terjadi, Berikut Penjelasan Singkatnya
Kronologi Tertembaknya Ade Irma Suryani
Operasi penculikan Jenderal AH Nasution dilakukan oleh G30S pada 1 Oktober 1965 di pagi buta.
G30S datang membawa pasukan dengan empat truk dan dua mobil militer.
Penjaga di rumah Jenderal AH Nasution, Sersan Iskaq dan rekan tentara lainnya yang sedang berada di pos jaga, sempat melihatnya.
Namun, mereka tidak menaruh curiga karena rombongan yang datang adalah tentara.
Posisi penjaga saat itu, satu orang sedang tidur di taman depan dan satu orang berada di belakang rumah.
Sementara di pondok terpisah di kawasan rumah Jenderal AH Nasution, ada dua ajudannya sedang tidur, yaitu Pierre Tendean dan Hamdan Mansjur.
Sebelum alarm keamanan menyala, pasukan Cakrabirawa melompat pagar dan menguasai penjaga yang mengantuk di pos dan ruang jaga.
Baca juga: Rantai Komando Militer Soeharto, Penumpasan G30S dan Simpatisannya di Indonesia
G30S Menerobos Rumah AH Nasution
Saat G30S menerobos ke rumah Jenderal AH Nasution, Ade Irma Suryani sedang tidur bersama AH Nasution dan ibunya, Johana Sunarti Nasution.
AH Nasution dan istri terbangun pada pukul 03.30 WIB karena nyamuk.
Namun, mereka tiba-tiba mendengar suara kendaraan yang datang, yang disusul dengan tembakan serta pintu rumah dibuka paksa.
Johana Sunarti Nasution sempat mengecek apa yang terjadi.
Namun, Johana langsung kembali ke kamar dan mengunci pintu.
"...ada Cakrabirawa, kamu jangan keluar," kata Johana.
Ade Irma Suryani ikut terbangun dan memeluk kaki ibunya.
AH Nasution lalu mencoba membuka pintu meski sempat ditahan istrinya.
Ketika berada di depan pintu, ia melihat seorang prajurit yang langsung melepaskan tembakan.
Baca juga: Tujuan G30S 1965, Upaya Kudeta dan Gugurnya 10 Pahlawan Revolusi di Jakarta dan Yogyakarta
Tertembaknya Ade Irma Suryani
Saat itu, Johanna Sunarti mencoba melindungi AH Nasution.
Sehingga, ia menyerahkan Ade Irma Suryani kepada adik iparnya.
Adik AH Nasution, Mardiah berusaha menyelamatkan Ade Irma Suryani dengan menggendongnya ke kamar lain saat mendengar kegaduhan.
Karena panik, Mardiah salah membuka pintu dan diberondong tembakan pasukan Cakrabirawa.
Peluru tersebut mengenai punggung Ade Irma Suryani.
Johana Sunarti Nasution langsung menutup pintu dan menggendong Ade Irma Suryani yang bersimbah darah.
Sementara Jenderal AH Nasution berhasil menyelamatkan diri dengan memanjat tembok belakang dan menyelamatkan diri ke Kedutaan Irak yang berada di sebelah kediamannya.
Ade Irma Suryani meninggal pada 6 Oktober 1965 di RSPAD Gatot Subroto Jakarta.
Untuk mengenangnya, di depan nisan Ade Irma Suryani tertulis kata-kata dari Jenderal AH Nasution, "Anak saya yang tercinta, engkau telah mendahului gugur sebagai perisai ayahmu."
Nama Ade Irma Suryani diabadikan sebagai nama jalan, sekolah Taman Kanak-kanan, hingga taman kota di sejumlah wilayah Indonesia.
(Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)(TribunJogja/Noristera Pawestri, Rina Eviana)(TribunnewsWiki/Ahmad Nur Rosikin)
Artikel lain terkait G30S