Sejumlah keluarga Brigadir J yang saat itu ada di rumah juga dibuat takut.
"Mereka langsung masuk, menutup gordyn dan pintu. Ponakan dan adik-adik histeris ada apa itu," kata Rosti.
"Mereka kaya membentuk pagar betis, jangan ada yang memegang alat komunikasi apapun gaboleh dipegang," lanjutnya.
Dikatakan Rosti, saat itu ayah Brigadir J bertanya untuk apa kedatangan gerombolan polisi ke rumahnya.
"Brigjen hendra berkata kamu datang ke sini untuk memberitahu kejadian ini (kronologi Brigadir J meninggal versi Ferdy Sambo)," tutur Rosti.
Saat itu, pihak keluarga Brigadir J masih berusaha sopan meskipun marah dengan sikap Brigjen Hendra Kurniawan dan anggotanya yang tak sopan.
"Bapaknya (Samuel) masih dengan sopan meskipun mereka tidak sopan. Bapaknya (samuel) masih mau memberi kursi karena mereka tidak mau membuka sepatu. Menurut mereka rumah itu tidak layak buat mereka tapi rumah itulah rumah utk kami bersinggah selama ini bersama anak-anaknya," ujar Rosti sembari menetes air matanya.
Saat itu Rosti sudah begitu marah terhadap tingkah Brigjen Hendra dan anggotanya yang dinilainya tak beradab.
"Saat itu saya kesal juga sama bapaknya (Samuel) kenapa kau hormati orang yang seperti itu, mereka aja ga hormat masuk ke rumah. Tapi bapaknya masih ada rasa manusia, diberkan duduk dan diceritakan kronologi," kata Rosti.
Kalah Mental Didebat Ibu Brigadir J
Rosti mengatakan, saat itu Brigjen Hendra Kurniawan menjelaskan mengenai kronologi tewasnya Brigadir J versi skenario Ferdy Sambo.
Namun Rosti tak terima saat rombongan Brigjen Hendra Kurniawan menyebut kematian Brigadir J karena telah melakukan aib.
"Saat dia bilang aib itu, dalam keadaan tubuh tak berdaya dalam keadaan syok dan lemah. Seakan-akan saya diberi kekuatan tuhan untuk menentang mereka," tutur Rosti.
"Saya memang tidak panggil bapak atau apa. Saya bilang apa kata kamu? anak ku melakukan aib kamu bilang gitu," geram Rosti.