TRIBUNNEWS.COM - PSSI meminta maaf dan menyesali kerusuhan yang menewaskan setidaknya 127 orang setelah pertandingan Arema FC vs Persebaya, Sabtu (1/10/2022) malam.
Pemkab Malang juga mengatakan akan menanggung biaya korban yang terluka dalam insiden tersebut.
Ketua Umum PSSI Mochamad Iriawan menyampaikan rasa sesal dan permintaan maafnya.
"PSSI menyesalkan tindakan suporter Aremania di Stadion Kanjuruhan," katanya melalui situs resmi PSSI.
"Kami berduka cita dan meminta maaf kepada keluarga korban serta semua pihak atas insiden tersebut."
Untuk itu PSSI langsung membentuk tim investigasi dan segera berangkat ke Malang."
Iriawan juga menyatakan kompetisi Liga 1 akan dihentikan selama satu pekan dan Arema FC dilaran menjadi tuan rumah selama sisa kompetisi.
Baca juga: Kapolda Jatim Ungkap Alasan Tembakkan Gas Air Mata saat Kerusuhan Usai Laga Arema vs Persebaya
Senada dengan PSSI, Pemerintah Kabupaten Malang juga menyesali kejadian tersebut.
Bupati Malang, HM Sanusi mengatakan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Malang akan menanggung biaya pengobatan suporter yang menjalani perawatan di rumah sakit akibat kerusuhan itu.
"Kami sudah cek ke setiap rumah sakit tempat mereka dirawat, dan kami sudah sampaikan ke masing-masing kepala rumah sakit, Pemkab Malang akan menanggung biaya perawatannya," ungkap Sanusi dalam konferensi pers di Mapolres Malang, Minggu (2/10/2022), dilansir Kompas.com.
Ia juga meminta tenaga medis untuk merawat para korban hingga mereka sembuh total.
Sementara itu, jumlah suporter yang harus menjalani perawatan medis di rumah sakit sebanyak 180 orang.
Mereka dirawat di antaranya di Rumah Sakit Wava Husada, RSUD Kanjuruhan, Teja Husada, Kecamatan Kepanjen, Kabupaten Malang.
Sementara itu, korban tewas dalam tragedi kerusuhan ini berjumlah 127 orang, dua di antaranya anggota kepolisian.
Dari jumlah itu, 34 orang tewas di Stadion Kanjuruhan sementara 93 orang lainnya tewas di rumah sakit.
Kronologi Kerusuhan Pasca Pertandingan Arema vs Persebaya di Stadion Kanjuruhan
Baca juga: Deretan Pelanggaran dalam Kerusuhan Arema FC vs Persebaya: Gas Air Mata hingga soal Tiket
Kronologi di Stadion Kanjuruhan yang menewaskan 127 orang dijelaskan oleh Kapolda Jatim Irjen Pol Nico Afinta.
Nico Afinta menjelaskan, awal mula kerusuhan diduga dimulai saat Aremania kecewa melihat kekalahan Arema, Surya Malang melaporkan.
Apalagi Arema FC tidak pernah kalah di kandang sendiri melawan Persebaya dalam beberapa tahun terakhir.
Suporter yang kecewa lantas turun ke lapangan, dengan maksud mencari pemain dan ofisial Arema FC untuk menanyakan mengapa mereka bisa sampai kalah.
Lama kelamaan suporter yang turun ke lapangan semakin banyak hingga menimbulkan kericuhan.
Petugas kemudian kemudian melakukan upaya pencegahan dan pengalihan agar suporter yang masuk ke alapangan tidak bertambah banyak.
Salah satunya adalah dengan menembakkan gas air mata.
Gas air mata membuat suporter berlarian menuju pintu keluar.
"Suporter keluar di satu titik. Kalau gak salah di pintu 10 atau pintu 12. Di saat proses penumpukan itu terjadi berdesakan sesak napas dan kekurangan oksigen," ujar Nico.
"Tim gabungan sudah melakukan upaya penolongan dan evakuasi ke rumah sakit."
Menurut Nico, dari 40 ribu penonton yang hadir, tidak semuanya anarkis dan kecewa.
"Hanya sebagian 3000-an yang turun ke lapangan sedangkan yang lain tetap di tribun stadion."
"Ini saya mau menyampaikan kalau semuanya taat mengikuti aturan maka kami akan melaksanakannya dengan baik."
Soal penembakan gas air mata oleh petugas, Nico menyakini tindakan itu karena adanya respon terhadap kelakuan suporter.
"Semua ini ada sebab akibatnya, kami akan menindaklanjuti dan sekali lagi kami mengucapkan belasungkawa kita akan melakukan langkah-langkah agar tidak terjadi tragedi lagi," tutupnya.
(Tribunnews.com, Tiara Shelavie/Kompas.com, Imron Hakiki/ SuryaMalang.com, Mohammad Erwin)