TRIBUNNEWS.COM - Kader Partai NasDem sekaligus pengusaha dan tokoh masyarakat dari Bali, Niluh Djelantik, memutuskan hengkang dari partainya buntut deklarasi Anies Baswedan sebagai Capres 2024.
Pengumuman ini disampaikan Niluh Djelantik lewat akun Instagramnya, @niluhdjelantik, pada Senin (3/10/2022) malam.
"Selamat tinggal NasDem," tulisnya.
Ia juga menyertakan foto dengan tulisan, "Niluh Djelantik konsisten tegak lurus pada perjuangan untuk rakyat, bersama rakyat, dengan atau tanpa partai politik."
Lantas, seperti apakah profil Niluh Djelantik?
Dikutip dari TribunnewsWiki.com, ia lahir di Bangli, Bali, pada 15 Juni 1975.
Baca juga: NasDem Deklarasikan Anies Baswedan Lebih Cepat 1 Bulan, Surya Paloh: Saya Lihat Cahaya Bulan Bintang
Nama lengkapanya adalah Niluh Putu Ary Pertami Djelantik, pemberian dari sang kakek yang berarti 'yang pertama'.
Ia merupakan lulusan Manajemen Keuangan dari Universitas Gunadarma, Jakarta.
Kemudian, di tahun 1994, Niluh Djelantik mendapatkan pekerjaan profesional pertamanya sebagai operator telepon di sebuah perusahaan tekstil asal Swiss.
Berbekal gaji pertamanya, ia membeli sepatu bertumit tinggi seharga Rp15 ribu di Blok M, untuk bekerja di kantor.
Pada akhir 2001, Niluh Djelantik kembali ke Bali dan bekerja di perusahaan fesyen milik pengusaha Amerika Serikat (AS), Paul Ropp.
Ia ditunjuk menjadi Direktur Marketing dan membuat Paul Ropp berkembang pesat.
Pada 2022, penjualan naik hingga 330 persen dan cabang butik bertambah sampai 10 lokasi.
Kendati demikian, Niluh Djelantik memutuskan mundur pada 2003 karena kondisi kesehatannya.
Kondisinya kala itu membuat ia tak bisa bepergian jauh, setidaknya dalam kurun waktu enam bulan.
Baca juga: NasDem Bebaskan Anies Baswedan Pilih Cawapres: Jika Dipilihkan lalu Tak Cocok, Nanti Jadi Penyakit
Padahal, sebagai marketing Paul Ropp, terlebih ada ekspansi perusahaan, mengharuskan Niluh Djelantik bepergian ke beberapa negara.
Ia yang berdomisili di New York, memutuskan pulang ke Bali setelah keluar dari Paul Ropp.
Karena terobsesi dengan sepatu tumit tinggi yang nyaman, Niluh Djelantik pun membuat brand-nya sendiri bernama NILOU di kawasan Kerobokan.
Ia memulai usahanya dengan modal sebesar Rp33 juta.
Nama merek NILOU terinspirasi dari slang lafal Niluh di lidah bule, dan dari usahanya itu menciptakan peluang bagi Niluh Djelantik bertemu Cedric Cador.
Koleksi pertama NILOU pun langsung terkenal di Prancis dan banjir pesanan hingga 4 ribu pasang.
Di tahun 2004, Niluh mendapatkan kontrak outsource dari jaringan ritel Topshop yang berpusat di Inggris dan membuat pintu perdagangan ke Eropa makin melebar.
Untuk membedakan NILOU dengan produsen sepatu lainnya, merek ini fokus pada pembuatan sepatu bertumit tinggi antara 10 cm hingga 12 cm menggunakan bahan baku yang kebanyakan dari kulit asli, kuningan, kayu, hingga manik-manik.
Tahun 2007, Niluh Djelantik mendapat tawaran dari agen di Australia dan Prancis untuk melebarkan sayap.
Kemudian NILOU diproduksi secara massal di China dengan iming-iming sejumlah besar saham, namun ditolak oleh Niluh Djelantik.
Baca juga: NasDem Respons Soal Pisah Jalan dengan PDIP Setelah Deklarasi Anies Baswedan Capres
Alasannya, Niluh Djelantik tidak ingin cintanya yang melekat pada setiap sepatu yang dihasilkan di workshop diganti oleh produksi mesin atas nama kapitalisme.
Kemudian cobaan datang karena nama NILOU yang sudah mendunia, ternyata sudah didaftarkan oleh pihak penawar dan memproduksi secara massal produk-produk NILOU di Hongkong.
Imbasnya, Niluh Djelantik membuat merek baru bernama dirinya, Niluh Djelantik, yang dipatenkan pada 2008.
Karya-karya Niluh Djelantik pun kini telah mendunia, di mana sejumlah artis Hollywood mengenakan sepatu buatannya, seperti Julia Roberts, Paris Hilton, hingga Uma Thurman.
Menurut situs resminya, Niluh Djelantik kini memiliki tiga toko di Bali dan satu di Jakarta.
Dikutip dari Wikipedia, ia pernah meriah penghargaan Best Fashion Brand & Designer dari The Yak Awards 2010.
Ia memutuskan terjun ke dunia politik pada 2018 dipengaruhi kekagumannya pada Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) dan Joko Widodo (Jokowi).
Niluh Djelantik pun bergabung dengan NasDem pada Juli 2018.
Alasan Niluh Djelantik Mundur
Partai NasDem merespons atas mundurnya Niluh Djelantik setelah deklarasi Anies Baswedan Capres 2024.
Wakil Ketua Umum NasDem, Ahmad Ali, menyinggung keputusan Niluh Djelantik mundur dari NasDem tak lain terkait Pilkada DKI 2017.
Ali menyebut pada Pilkada DKI Niluh mendukung Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok yang merupakan rival Anies.
"Kalau Niluh itu kan masalah Pilkada Jakarta. Jadi Pilkada Jakarta dia mendukung Pak Ahok. Ahok kalah kemudian dianggap Anies melakukan politisasi identitas lah katakan seperti itu," kata Ali kepada Tribunnews.com, Selasa (4/10/2022).
Ali menduga politik indentitas itu kemudian menjadi kebencian Niluh terhadap Anies hingga kini.
"Itu kemudian menjadi kebencian dia sampai hari ini. Sehingga ketika kemudian Anies jadi gubernur apapun yang dilakukan Anies tidak diterima lagi kan," ujarnya.
Namun, Ali menuturkan pihaknya menghargai keputusan eks Ketua DPP NasDem tersebut.
"Tapi di sisi lain saya juga menghargai keputusan dia, nilai-nilai yang diperjuangkan," ungkapnya.
(Tribunnews.com/Pravitri Retno W/Fersianus Waku, TribunnewsWiki.com/Natalia Bulan)