Saat itu, tiba-tiba aparat keamanan menembakkan gas air mata tepat di hadapannya. Jaraknya pun cukup dekat, hanya sekitar 2 meter.
Ia pun berada di kepulan asap gas air mata selama 15 menit. Ia pun panik dan mencoba menyelamatkan diri naik ke area Tribun 12.
"Setelah itu saya sesak, dan di depan saya ada orang pingsan. Dan dari arah belakang, desak-desakan dan dorong-dorongan. Setelah itu, saya enggak bisa nafas, diam lalu pingsan. Kalau tidak
Saat ia sadarkan diri, posisinya sudah berada di bawah stadion. Ia lalu merasakan sakit di bagian mata.
Kemudian, Raffi pun dibawa oleh teman-temannya ke Rumah Sakit Teja Husada,
Disana, ia tak mendapatkan perawatan selama hampir 40 menit.
Hingga akhirnya, ia dibawa pulang oleh teman-temannya dengan kondisi mata yang sudah memerah pekat.
"Mata saya memerah, saat saya sadar dari pingsan. Di rumah sakit itu, saya enggak diperiksa sama sekali. Setelah itu, saya langsung dibawa pulang sama teman-teman," terangnya.
Setelah itu, ia pun tiba di rumahnya pada Minggu (2/10/2022) sekitar pukul 02.00 WIB. Ia langsung tidur dan ketika ia bangun, matanya tetap memerah.
"Setelah bangun tidur, sudah normal (penglihatan matanya). Cuma memang merah sampai sekarang," bebernya.
5. Bolak-balik rumah sakit
Sementara itu, ayah Raffi yakni Sutrisno (45) menuturkan setelah melihat kondisi anaknya seperti itu, ia langsung membawanya ke Rumah Sakit Saiful Anwar (RSSA) Malang.
Selama dua hari di RSSA, Raffi menjalani pemeriksaan mata dan diberikan 5 jenis obat.
"Cuma dikasih obat, tapi enggak saya tebus. Ada 5 obat, yang tiga obat lainnya enggak ada di luar rumah sakit," ungkapnya.
Setelah itu, ia membawa Raffi ke posko Tragedi Kanjuruhan Malang yang ada di Balai Kota Malang. Disitu, Raffi pun dirujuk ke Rumah Sakit Hermina Malang.
Dalam masa pemeriksaan, mata merah yang dialami Raffi akibat iritasi karena gas air mata.
Sutrisno mengungkapkan, pemeriksaan di RS Hermina tersebut dilakukan pada Rabu (5/10/2022) lalu. Dan hingga saat ini, ia terus memantau kondisi mata anaknya tersebut.
Jika selama satu pekan ini tak ada perubahan signifikan dari kondisi warna mata anaknya, ia akan kembali membawa anaknya ke rumah sakit untuk melakukan pemeriksaan lebih lanjut.
"Kalau enggak ada perkembangan, nanti saya periksakan lagi ke rumah sakit," terangnya.
Di sisi lain, untuk kondisi kakak dari Raffi, yakni Yuspita Nuraini sebelumnya sempat merasa sesak nafas hingga beberapa hari pasca tragedi Kanjuruhan Malang.
Akan tetapi, saat ini kondisi kakaknya sudah mulai membaik dan tak merasakan lagi sesak nafas seperti yang dialami beberapa waktu lalu.
"Kalau dia (Yuspita) udah agak sembuhan. Tetapi dia kemarin-kemarin, sempat panas dingin dan sesak," pungkasnya.
6. Patah Tulang
Sementara Satria Bagus, korban tragedi Kanjuruhan lainnya harus dirawat di rumahnya setelah tulang kakinya patah.
Warga Jl Gatot Subroto Malang ini hanya bisa berbaring di kasurnya kaki kirinya dipasangi gips. Meski demikian, kondisi pemuda 20 tahun ini telah berangsur-angsur membaik.
Bagus mengaku saat kejadian, ia berada di tribun 12, ketika kerusuhan terjadi ada bom asap yang jatuh tidak jauh darinya.
Karenanya ia menghindari dengan berlari dan berusaha keluar lewat pintu, namun hal itu tidak bisa karena terjadi dorong-dorongan.
Karena terdorong, ia terjatuh dari tangga dan posisi kepala di bawah. (Surya/Putra Dewangga Candra Seta/Iksan Fauzi/Tribunnews.com)