Laporan Wartawan Tribunnews.com Rahmat W. Nugraha
TRIBUNNEWS.COM. JAKARTA - Direktur Eksekutif Parameter Politik Indonesia, Adi Prayitno mengatakan empat partai baru yang lolos verifikasi administrasi dari Komisi Pemilihan Umum (KPU) harus melewati proses lainnya untuk menjadi peserta Pemilu 2024.
Empat partai baru yang lolos verifikasi administrasi KPU adalah Partai Kebangkitan Nusantara (PKN), Partai Buruh, Partai Ummat, dan Partai Gelombang Rakyat Indonesia atau Gelora.
"Empat partai ini baru lolos ujian pertama. Ujian tahap kedua adalah verifikasi faktual. Ini tak mudah, berat sekali karena empat partai ini harus buktikan syarat-syarat kepengurusan partai untuk bisa lolos ikut pemilu 2024,” kata Adi kepada Tribunnews, Sabtu (15/10/2022).
Kemudian dikatakan jika empat partai tersebut lolos verifikasi faktual. Tantangan selanjutnya harus melewati ambang batas parlemen empat persen.
“Andai empat partai ini lolos verifikasi faktual, ujian ketiga adalah lolos ambang batas parlemen empat persen. Ini juga bukan perkara mudah karena harus bersaing dengan partai lama yang sudah berpengalaman,” sambungnya.
Ia mencontohkan Partai Gelora misalnya tidak bisa hanya mengandalkan basis pemilih PKS. Diketahui Partai Gelora sendiri diinisiasi Anis Matta selaku ketua umum, Fahri Hamzah sebagai wakil ketua umum.
Baca juga: KPU Verifikasi Faktual Data Kepengurusan PSI Tingkat Pusat
“Gelora misalnya, kalau hanya andalkan pemilih sempalan PKS tentu sulit lolos ke Senayan. Karena PKS terlihat semakin solid. Gelora harus punya nilai pembeda untuk mendulang dukungan rakyat. Itu pekerjaan rumah besarnya,” katanya.
Begitu pula dengan partai Ummat harus punya diferensiasi politik untuk mendapat dukungan rakyat.
Tak bisa Partai Ummat mengandalkan basis pemilih PAN yang sangat solid di bawah Zulkifli Hasan. Harus mencari ceruk pemilih lain untuk bisa lolos.
Baca juga: KPU Mulai Tahapan Verifikasi Faktual untuk 9 Parpol Nonparlemen dan Partai Baru
Lalu untuk Partai Buruh dan PKN menurut Adi juga harus kerja keras karena basis kedua partai ini sulit dilihat.
“Butuh kerja ekstra. Buruh belum tentu pilih Partai Buruh karena partai lain juga galang suara dari buruh. Begitupun PKN basis pemilihnya sulit diterka,” tutupnya.