Laporan Wartawan Tribunnews.com, Fahmi Ramadhan
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pengamat Terorisme dari Universitas Malikusaleh Aceh, Al Chaidar menduga perempuan bersenjata yang menerobos Istana Presiden pernah bekerja di luar negeri sebagai Tenaga Kerja Wanita (TKW).
Chaidar menjelaskan, dari pengalaman kerjanya di luar negeri itu ia menduga perempuan tersebut memiliki akses komunikasi dengan jaringan Jamaah Ansarut Daulah (JAD) atau ISIS.
"Saya yakin itu dia dari jaringan bukan lone wolf. Kemungkinan besar juga dia mantan TKI atau TKW di Hongkong, Arab Saudi atau Malaysia dan dia memiliki akses berkomunikasi dengan orang-orang ISIS dan JAD," kata Chaidar ketika dihubungi Tribunnews.com, Selasa (25/10/2022).
Lanjut Chaidar, mengenai sumber senjata yang didapatkan perempuan itu, ia menduga perempuan tersebut mendapatkan senjata itu dari pasar gelap.
Biasanya pelaku-pelaku yang pernah bekerja sebagai tenaga kerja di luar negeri cenderung lebih mudah mendapatkan senjata itu karena memiliki akses dengan jaringan tertentu.
"TKW dari luar itu biasanya lebih sering berhubungan dengan pasar gelap ini. Mereka cenderung mendapatkan akses lebih mudah dengan jaringan itu dan biasanya penjualnya dari Thailand dan Malaysia," sebutnya.
Mengenai hal ini, sebelumnya Al Chaidar juga menduga perempuan bersenjata penerobos Istana Presiden merupakan rekrutan baru dari Kelompok Jamaah Ansarul Daulah (JAD).
Ia menuturkan, hal itu ia cirikan dari pakaian yang digunakan oleh perempuan tersebut pada saat melancarkan aksi penerobosan di istana Presiden tersebut.
Baca juga: Aksi Todong Senpi di Istana Presiden juga Pernah Terjadi di Mabes Polri, Pelaku Sama-sama Perempuan
"Dan karena bajunya masih warna warni tidak hitam semua, kemungkinan dia baru direkrut. Kemungkinan baru tiga bulan sekian," kata Al Chaidar ketika dihubungi Tribunnews.com, Selasa (25/10/2022).
Meski begitu, ia menilai aksi perempuan yang menerobos Istana Presiden itu tergolong nekat terlebih sampai mendongkan senjatanya itu kepada anggota Paspampres.
Chaidar pun memperkirakan bahwa perempuan tersebut sudah siap mati karena nekat menerobos Istana Presiden dengan membawa senjata.
"Tapi dia sudah siap mati itu. Dia tau bahwa dia akan ditembak dan dia akan syahid tapi kalau masih hidup akan dinikahi oleh yang merekrutnya," kata dia.
Terkait perolehan senjata itu, Chaidar menduga perempuan tersebut mendapat senjata jenis FN itu dari jaringan ISIS yang ada di Indonesia.