Selain itu, Raja Ali juga menuntut ilmu di tanah Arab tentang ilmu fiqih serta menulis buku.
Dengan ilmunya, Raja Ali sukses berkarya menulis syair Abdul Muluk 1847, Gurindam Dua Belas 1847, serta Tuhfat Al-Nafis 1865.
Diketahui, Raja Ali Haji merupakan seorang sejarawan, cendikiawan, dan penulis tentang kebangkitan sastra dan budaya Melayu pada abad ke-19.
Selain menjadi Pengeran RIau pertama yang pergi haji, Ia juga merupakan orang pertama yang menyusun epos.
Epos merupakan lukisan sejarah orang Bugis di Melayu dan hubungannya dengan raja-raja di Melayu.
Baca juga: Raja Ali Haji bin Raja Haji Ahmad Tampilan Google Doodle Hari Ini, Peringati Gelar Pahlawan Nasional
Karya Raja Ali Haji
Karya-karyanya mampu menarik perhatian para cendikiawan untuk mengkaji, salah satunya adalah catatan dasar-dasar tata bahasa Melayu melalui buku Pedoman Bahasa yang menjadi standar bahasa Melayu.
Selain itu, ada juga karya Tuhfat Al-Nafis yang dianggap sebagai sumber tak ternilai tentang sejarah Semenanjung Melayu.
Untuk karyanya Gurindam Dua Belas mampu berjaya pada zamannya, karyanya itu dibuat tahun 1847 saat ia berusia 38 tahun.
Ada juga karyanya yang yang berjudul Silsilah Melayu dan Bugis yang mulai diedarkan sejak tahun 1865.
- Bustan al-Kathibin (1857)
- Kitab Pengetahuan Bahasa (1850-an)
- Intizam Waza'if al-Malik (1857)
- Thamarat al-Mahammah (1857)
Akhir Hayat Raja Ali Haji
Raja Ali Haji diketahui wafat di Pulau Penyengat, Riau, pada tahun 1873.
Dilansir Kompas.com, jenazah Raja Ali Haji disemayamkan di komplek pemakaman Engku Putri Raja Hamidah.
Hingga akhir hayatnya, Raja Ali Haji wafat pada tahun 1873 di Pulau Penyengat dan dinobatkan sebagai Pahlawan Nasional pada 5 November 2004.
Penobatan itu melalui keputusan Presiden RI No. 089/TK/Tahun 2004 yang menyatakan bahwa Ali Haji bin Raja Haji Ahmad adalah Pahlawan Nasional.
(Tribunnews.com/Pondra Puger) (Sermbinews/Aldi Rani) (Kompas.com/Verelladevanka Adryamarthanino)