Di puncak menara, keduanya berniat untuk melakukan perobekan bendera Belanda.
Koesno mengambil alih upaya perobekan bendera dengan membuang warrna biru di bendera itu sehingga hanya menyisakan merah dan putih.
Hingga kini, peringatan peristiwa Perobekan Bendera tersebut dijadikan agenda rutin untuk Pemkot Surabaya.
Baca juga: 17 Pesan Perjuangan dari Pahlawan Nasional untuk Peringatan Hari Pahlawan
Kematian Brigadir Jenderal Mallaby
Sesudah insiden di Hotel Yamato tersebut, pada 31 Oktober 1945, Brigadir Mallaby yang dikawal oleh Kapten Smith, Kapten Shaw, dan Letnan Laughland tiba-tiba ditahan oleh sekelompok pemuda.
Mengutip laman Kemdikbud, peristiwa penahanan tersebut membuat Mayor Venugopall melemparkan granat ke arah pemuda.
Lemparan granat tersebut mengakibatkan adanya letusan yang hebat dari kedua belah pihak.
Jenderal Brigadir Mallaby yang ada di lokasi justru terbunuh dan hangus bersama mobil.
Namun, ada versi lain yang mengungkapkan bahwa Mallaby tewas karena menjadi sasaran pemuda, ia ditusuk menggunakan bayonet dan bambu runcing.
Kejadian tersebut memunculkan anggapan pihak Inggris bahwa tewasnya Brigjen Mallaby karena lemparan granat dari pihak Indonesia.
Sehingga Jenderal Christison selaku Komandan Angkatan Perang Inggris di Indonesia mengecam keras peristiwa itu.
Sementara itu, Kapten Shaw mengancam untuk membalas Indonesia dengan seluruh kekuatan Kerajaan Inggris, baik laut, darat, dan udara.
Sebagai Panglima AFNEI, Christison memperingatkan agar rakyat Surabaya menyerah, apabila tidak mereka akan dihancurleburkan.
Baca juga: Sejarah Hari Pahlawan 10 November, Dilatarbelakangi Kejadian Pertempuran Surabaya
Penetapan Hari Pahlawan 10 November