TRIBUNNEWS.COM - Simak jenis-jenis gempa bumi berdasarkan penyebab dan kedalamannya.
Gempa bumi merupakan salah satu bencana alam yang diakibatkan oleh pelepasan energi dari bawah permukaan secara tiba-tiba menciptakan gelombang seismik.
Frekuensi dari gempa bumi ini mengacu pada jenis dan ukuran selama periode waktu, pengukuran gempa bumi ini diukur menggunakan alat Seismometer.
Berikut ini jenis-jenis gempa bumi yang dilansir laman bpbd.bandaacehkota.go.id.
Jenis-jenis gempa bumi
Jenis-jenis gempa bumi sendiri dibagi menjadi dua yakni berdasarkan penyebab dan kedalamannya.
Berdasarkan penyebab, gempa bumi dibagi menjadi tiga jenis yakni gempa vulkanik, tektonik, dan reruntuhan.
Sementara berdasarkan kedalamannya, gempa bumi dibagi menjadi tiga jenis yakni gempa bumi dalam, menengah, dan dangkal.
1. Gempa vulkanik
Gempa bumi vulkanik ini merupakan gempa yang disebabkan oleh letusan gunung berapi.
Gempa ini bisa terjadi sebelum, selama, atau sesudah erupsi dari gunung berapi.
Getaran dari gempa vulkanik ini disebabkan oleh gesekan magma dengan dinding batuan yang naik ke permukaan.
2. Gempa tektonik
Gempa bumi ini diakibatkan karena adanya pergeseran lapisan kulit bumi.
Gempa bumi ini biasanya terjadi di daerah kapur maupun di pertambangan, namun gempa ini jarang terjadi dan bersifat lokal.
3. Gempa runtuhan
Gempa runtuhan merupakan gempa bumi yang disebabkan oleh tanah longsor.
Gempa bumi ini hanya berdampak kecil dan zona wilayahnya sempit.
Baca juga: Gempa Cianjur: 46 Orang Meninggal Dunia dan 700 Korban Luka Patah Tulang
Jenis Gempa Buli Berdasarkan Kedalamannya
1. Gempa bumi dalam
Gempa bumi dalam ini terjadi dengan pusat gempanya yang berada lebih dari 300 km di bawah permukaan bumi atau di dalam kerak bumi.
Gempa jenis ini pada umumnya tidak begitu berbahaya.
2. Gempa bumi menengah
Gempa bumi ini hiposentrumnya berada antara 60 km - 300 km di bawah permukaan bumi.
Gempa bumi ini akan mengakibatkan getaran yang lebih terasa dan menimbulkan kerusakan ringan.
3. Gempa bumi dangkal
Gempa bumi dangkal ini pusatnya berada kurang dari 60 km dari permukaan bumi.
Hal tersebut menyebabkan kerusakan yang besar.
(Tribunnews.com/Pondra Puger)