TRIBUNNEWS.COM - Berikut adalah penjelasan tentang apa itu Sesar Lembang.
Sesar Lembang diketahui berdekatan dengan Sesar Cimandiri yang menyebabkan gempa bumi di Cianjur, Jawa Barat Senin (21/11/2022) lalu.
Dampak dari Sesar Cimandiri dikhawatirkan memicu pergerakan Sesar Lembang.
Dikutip dari kompas.com, Dekan Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian Insititut Teknologi Bandung (ITB), Irwan Meilano mengatakan ujung barat Sesar Lembang bertemu dengan ujung timur utara dari Sesar Cimandiri.
Ia juga berharap gempa Cianjur lalu tidak memicu pergerakan Sesar Lembang.
Lalu apa sebenarnya Sesar Lembang yang dikhawatirkan itu?
Simak beberapa fakta terkait apa itu Sesar Lembang, yang Tribunnews kutip dari berbagai sumber.
Apa itu Sesar Lembang?
Dikutip dari Jurnal Puslitbang.bmkg.go.id, Sesar Lembang adalah sesar yang masih aktif dengan panjang 22 km.
Sesar Lembang membentang dari Gunung Manglayang di bagian Timur hingga Cisarua di bagian barat.
Bentangan sesar ini melewati kota Lembang, Jawa Barat.
Serta terbagi menjadi dua segmen yaitu segmen barat dan segmen timur yang terbentuk dalam waktu yang berbeda.
Segmen timur terbentuk lebih awal yaitu 200.000 tahun yang lalu.
Sedangkan segmen barat yang terbentuk 27.000 tahun yang lalu.
Jadi segmen timur umurnya lebih tua dibandingkan segmen barat.
Kedua segmen tersebut bertemu di wilayah bagian tengah tepatnya di perbukitan sekitar Gunung Batu-Boscha.
Sesar Lembang masih Aktif
Pembuktian keaktifan Sesar Lembang dibuktikan dengan adanya gempa bumi yang masih terjadi.
Gempang yang terjadi sering kali terdapat pada ujung sesar.
Baik ujung barat maupun ujung timur.
Bentuk pergerakan Sesar Lembang adalah tipe sinistral atau mengiri.
Baca juga: LIPI : Banyak Sesar Aktif Belum Terpetakan Termasuk yang Berada di Cianjur
Sejarah Sesar Lembang
Patahan Lembang yang terbentuk pada jaman kuarter pleistoisen ( sekitar 500.000 tahun yang lalu).
Mulanya pada jaman dulu gunung api raksasa Sunda meledak.
Hingga meruntuhkan tubuhnya kemudian menyisakan sedikit gunung parasitnya.
Akibat runtuhnya gunung api purba itu terjadi kekosongan penampung magmatis.
Hal itu mengakibatkan batuan dari erupsi gunung api Sunda patah.
Patahan tersebut memanjang dari timur ke barat,
Letak patahan timur mengalami penerununan lebih terlihat dibandingkan dengan bagian barat.
Sesar Lembang terletak di Landmark Jawa Barat
Wilayah Lembang adalah Landmark menarik yang berada di dataran tinggi Bandung.
Letaknya di lereng sebelah selatan dari Gunung Tangkuban Perahu..
Secara Geomorfologi, Lembang adalah bentuk neotektonik di Cekungan Bandung.
Bentuk Cekungan Bandung tersebut menarik perhatian para pemerhati lingkungan, pemerhati kebencanaan geologi dan peneliti seismologi.
Baca juga: Gempa Susulan di Cianjur Terus Terjadi, Dosen Teknik Geologi: Bukan dari Sesar Cimandiri
Sesar Lembang dipantau sejak 1963
Kepala Bidang Informasi Gempabumi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Daryono menyebutkan bahawa pemantuan Sesar Lembang telah dilakukan sejak lama.
BMKG mulai memasang dan mengoperasikan Seismograph WWSSN (World Wide Standardized Seismograph Network) pertama kali di Lembang, pada 1 Januari 1963.
Tujuan pemasangan itu adalkah memonitor aktivitas Sesar Lembang dan memantau gempa bumi yang terjadi.
Sejak tahun 2008, BMKG telah menonitor pergerakan Sesar Lembang ini dengan baik.
Hingga pada 2019, BMKG memasang 16 sensor seismic periode pendek secara lebih rapat untuk melengkapi 19 seismograf broadband yang sudah terpasang sebelumnya di Jawa Barat dan Banten.
BNPB siaga ancaman gempa akibat Sesar Lembang
Dilansir siaga.bnpb.go.id, Badan Nasional Penanggulangna Bencana (BNPB) bersama Pemerintah Provinsi Jawa Barat menyelenggarakan geladi ruang atau tabletop exercise (TTX).
TTX tersebut memfokuskan pada tiga tema utama, yaitu kesiapsiagaan masyarakat, aktivitasi pos komando, dan koordinasi multipihak serta penggunaan anggaran.
Penyelenggaraan TTX sesuai dengan arahan Presiden RI Joko Widodo dalam rapat koordinasi BNPB dan BPBD 2019.
Hal itu terkait pelaksanaan simulasi latihan penanganan bencana secara berkala.
Terkait dengan potensi ancaman Sesar Lembang, TTX ini bertujuan untuk meningkatkan dan menyamakan pemahaman ancaman dan risiko bahaya.
(Tribunnews.com/Muhammad Alvian Fakka)(Kompas.com/Nur Rohmi Aida)