Bukan hanya fast growing, trembesi juga dijuluki “die hard” oleh Doni. Salah satu jenis pohon yang bisa tumbuh dan hidup di mana saja. Jangankan di tanah subur, di tanah bebatuan saja hidup. Jangankan di tanah cadas, bahkan di sungai pun bisa hidup.
Doni lalu menyebutkan contoh pohon trembesi berusia ratusan tahun yang tumbuh di sungai dekat di Jl Cikapundung, Bandung. Juga trembesi yang tumbuh di rawa-rawa Meruya, Jakarta Barat. Masih banyak contoh lain, trembesi bisa tumbuh di mana saja.
“Cek ke ahli pohon, atau cari di google tentang trembesi. Manfaatnya sangat banyak. Yang pasti menyimpan air di bawah, dan mengikat karbon di atas. Salur dahannya juga indah. Ini pohon yang luar biasa,” kata Doni pula.
Trembesi 24 Jam
Alkisah, Doni dan Onny semakin lengket. Keduanya diikat dalam satu komitmen bernama penghijauan. Keduanya disatukan dalam cinta bernama cinta trembesi. “Saya diperlihatkan kebun trembesi yang dikerjasamakan dengan Unhas. Bahkan orang yang mengurus bibit-bibit trembesi beliau pun saya masih ingat. Namanya Wayan,” kata Doni.
Setelah bibit-bibit trembesi pemberian Onny Gappa tiba di markas brigade, seketika itu pula perintah komandan jelas dan tegas, “Tanam trembesi, jangan sampai mati.” Doni benar-benar menghukum prajurit yang karena kelalaiannya mengakibatkan trembesi layu dan mati. Ia bukan saja harus menanam dengan bibit yang baru, tetapi harus tidur di dekat pohon yang dia tanam.
“Jadi kalau hari ini kita melihat markas Brigif Kariango begitu bersih dan rimbun oleh trembesi itu karena kerja keras prajurit. Rasa hormat saya kepada para prajurit Brigif Kariango,” kata Doni, disambut tepuk tangan meriah hadirin. “Saya juga minta maaf kalau waktu itu dinilai terlalu keras.”
Upaya luar biasa memang telah dilakukan Doni Monardo beserta jajarannya ketika itu. Bahkan proses penanaman hingga perawatan bisa dibilang 24 jam. “Patroli trembesi” dilakukan setiap malam. Inspeksi komandan, dilakukan pagi dan sore. Bahkan saat memasuki bulan Ramadhan pun, kegiatan tidak mengendor. “Kalau bulan Puasa, penyiraman dilakukan setelah shalat tarawih,” kata Doni.
Jumpa Panglima
Benih-benih sukses penghijauan Brigif Kariango menampakkan hasil positif. Ini tentu saja memupus pesimisme sebagian (besar) prajurit Kariango sebelumnya. “Saya tahu, banyak prajurit marah, banyak prajurit tidak setuju waktu saya minta menanam pohon. Saya mendengar ada yang ngomong, ‘kami sudah bertahun-tahun menanam pohon, dan gagal terus. Ini Kopassus (yang dimaksud adalah Doni Monardo) datang mau penanam pohon pula. Mana mungkin berhasil’,” kata Doni menirukan keluhan dan protes prajurit.
Berkat kerja keras, disiplin, dan kerja ikhlas, trembesi bisa tumbuh di tanah bebatuan Kariango. Hal itu pun dilaporkan Doni saat berjumpa Pangdam VII/Wirabuana (ketika itu), Mayjen TNI Djoko Susilo Utomo. Djoko yang nota-bene juga mantan Danbrigif Kariango pun terkesan. “Coba, saya mau bertemu pak Onni Gappa,” kata Doni menirukan perintah Pangdam VII/Wirabuana saat itu.
Doni pun menghubungi “sahabat trembesi” Onny Gappa. “Pak Onny. Panglima mau bertemu,” kata Doni kepada Onny.
Ia merasa senang bisa mempertemukan Onny Gappa dengan Mayjen Djoko Susilo. Sebab Doni tahu persis obsesi Onny Gappa yang ingin menghijaukan seluruh wilayah Indonesia dengan trembesi. Doni berpikir, obsesi itu bisa dimulai dari Sulawesi, atau teritori Kodam VII/Wirabuana.
Muara pertemuan adalah keluarnya surat perintah kepada seluruh jajaran Kodam VII/Wirabuana untuk melakukan penghijauan trembesi di wilayah masing-masing. “Setelah itu, pak Onny keliling dari Korem ke Korem, dari Kodim ke Kodim, sosialisasi trembesi,” kata Doni.
Sejak itu pula, trembesi mulai merambah wilayah-wilayah lain di luar Maros dan Makassar yang sudah dihijaukan Doni Monardo dan jajarannya. “Saya berani mengatakan, hampir semua pohon trembesi yang ada di Sulawesi, asalnya dari Kariango, berkat jasa Pak Onny dengan Panin Peduli-nya,” tegas Doni.
Hijaukan Indonesia
Puncak kisah sukses menghijaukan area Brigif Kariango yang semua tandus, ditandai dengan pemasangan papan di dekat kebun bibit. Papan itu bertuliskan “Dari Kariango Ikut Hijaukan Indonesia”. Saat moment “Reuni Trembesi” 6 Desember 2022, papan itu tampak masih utuh. Bahkan, tulisan yang sempat memudar, sudah dicerahkan dengan cat yang baru.
Tahun 2008, dua tahun setelah menjabat Komandan Brigif Kariango, turun Skep penugasan baru untuk Kolonel Inf Doni Monardo kembali ke satuan Pasukan Pengaman Presiden sebagai Dan Grup A Paspampres (2008 – 2010). “Saya tahu, orang yang paling sedih atas kepindahan tugas saya adalah almarhum Onny Gappa,” kata Doni, sendu.
Saat bertemu, beliau mengatakan, “Kalau pak Doni pindah, bagaimana nasib trembesi-trembesi di Sulawesi. Bagaimana kelanjutan program menghijaukan Indonesia.”
Dengan kalimat mantap Doni menjawab, “Pak Onny tidak perlu khawatir. Saya akan tetap mengawal dan melanjutkan program yang sudah kita canangkan.”
“Jadi, kalau hari ini Kariango hijau, trembesi ada dari Aceh sampai Papua, ini semua tidak lepas dari jasa besar almarhum Onny Gappa. Tanpa almarhum Onny Gappa, tidak mungkin ada trembesi di banyak tempat di Indonesia!”
Berkata begitu, meledaklah isak tangis Doni Monardo. Ia tak kuasa membendung sesak di dada, atas bahagia dan haru yang membuncah terhadap kenangan jasa besar almarhum Onny Gappa.
Hadirin yang tekun mengikuti acara reuni, tak pelak ikut meleleh, mengusap air mata. Termasuk istri Onny Gappa, Andi Soraya Mattalatta dan putra semata wayangnya, Andi Ahmad Yani Gappa yang hadir mengenakan loreng Sahabat Kopassus pemberian Doni Monardo.
Usai menarik napas panjang, Doni mengajak hadirin menundukkan kepala dan memanjatkan doa untuk almarhum Andi Tenri “Onny” Gappa. *
(Egy Massadiah dan Roso Daras)