“Sehingga pembangunan konektografi Indonesia harus dirancang berdasarkan peta geostrategis dan geoekonomis tersebut. Kita sering melupakan itu,” kata Hasto.
Hasto menekankan pentingnya perguruan tinggi memberikan konsentrasi pada pembangunan manusia Indonesia berdasarkan potensinya, yakni pertanian dan maritim.
“Setiap datang ke perguruan tinggi, saya tanya mana yang punya fungsi maritim? Mana yang pernah terjun ke laut untuk merasakan bahwa Indonesia negara maritim terbesar, Negara kepulauan terbesar di dunia? Yang kata Bung Karno kita adalah negara kelautan yang ditebari pulau pulau. Kita bukan negara kontinental. Inilah pentingnya city of intelecct dan menguasai ilmu dasar,” kata Hasto.
Hasto bahkan sampai bercanda, bahwa kampus seharusnya mendorong perubahan di dunia politik, bahwa setiap yang ingin terjun ke politik wajib memiliki kepemimpinan intelektual melalui tradisi akademis yang matang.
“Maka kalau ada yang mau masuk politik kuasai kepemimpinan intelektual dulu. Ini menjadi sangat penting,” imbuhnya.
Hasto mengaku dirinya justru khawatir ketika menemukan ada perguruan tinggi hanya menjadi persemaian ideologi radikalisme, ideologi yang sifatnya menutup diri dari ilmu pengetahuan.
“Tapi agama juga gereja terbukti terus mengarungi kesempurnaan dengan melihat dari kemajuan ilmu dan teknologi yang seharusnya semua tepat dilandaskan pada nilai nilai moral, etika dan ilmu harus berguna bagi kemanusiaan. Itu yang harus dilakukan,” tandasnya.