Laporan Reporter Tribunnews.com, Reza Deni
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ketua Umum Partai Hati Nurani Rakyat (Hanura), Oesman Sapta Odang atau OSO mengungkit soal kejadian yang menimpa kader Hanura yakni Benny Ramdhani, imbas pernyataan Benny yang meminta izin kepasa Presiden Joko Widodo untuk turun bertempur.
Dia mengatakan dengan kiasan, Benny seperti digebuki usai pernyataan itu keluar.
"Salahnya apa ya? Saya mau klarifikasi, siapa yang berani? Mari hadapi saya," kata OSO saat memberikan sambutan di HUT ke-16 Partai Hanura di JCC Senayan, Jakarta, Rabu (21/12/2022).
Kemudian, OSO mengatakan bahwa dia ini orang baru dalam berpolitik dan tidak mau macam-macam.
"Saya terus terang baru, baru 55 tahun berpolitik. Beginilah saya. Jadi saya pertama menghargai semua. Saya punya teman para kiai, pendeta ada, ustaz ada," pungkasnya.
Baca juga: Respon Ucapan Benny Ramdhani, Pengamat Nilai Penyataan Ajakan Kritik Membangun
Diketahui, Kepala Badan Perlindungan Pekerja Migran Indonesia (BP2MI) Benny Rhamdani menjelaskan soal video viral dirinya yang berbicara dengan Presiden Joko Widodo hingga meminta izin untuk turun bertempur.
Menurut Benny, narasi dalam video tersebut tidak tersampaikan secara utuh.
Benny sebagai relawan Jokowi pada Pilpres 2019 lalu ingin menyampaikan pandangan dan harapan para relawan di seluruh Indonesia.
"Jadi itu bukan acara tertutup tapi saya yakin video itu adalah video yang tidak utuh. Kalau utuh kan seharusnya keseluruhan dong, dari mulai pertama sampai selesai kurang lebih 40 menit, harusnya dimuat secara utuh dan yang menyampaikan aspirasi, pandangan masalah, saran, usul kepada presiden kan tidak hanya saya," kata Benny di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Senin (28/11/2022).
Benny menambahkan ada ekspektasi rakyat baik yang dulunya mendukung Jokowi maupun pendukung Prabowo, terlebih ketika Prabowo dna Sandiaga bergabung ke dalam kabinet Jokowi-Ma'ruf.
Baca juga: Respon Ucapan Benny Ramdhani, Yulisa Baramuli Minta Kepala BP2MI Fokus Kerja
Namun, Benny melihat ketika rivalitas tersebut berakhir, ternyata masih ada hal-hal yang dicari oleh pihak-pihak yang berseberangan dengan pemerintah.
Namun, dikatakan Benny, mereka tak melayangkan kritik dan pandangan mereka, tetapi lebih kepada mendelegitimasi pemerintahan.
"Lihat cara-cara yang mereka lakukan selama ini upaya untuk mendelegitimasi menjatuhkan pemerintahan, selalu dengan pola yang sama: penyebaran kebencian, fitnah, adu domba antarsuku dan agama, berita-berita hoakd bahkan penghinaan dan pencemaran terhadap simbol-simbol negara, presiden, ibu negara terakhir," kata Benny.