Laporan Reporter Tribunnews.com, Naufal Lanten
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Letjen TNI Suharyanto mengimbau masyarakat menghindari kegiatan wisata akhir tahun jika terjadi cuaca ekstrem.
Hal itu disampaikan Letjen TNI Suharyanto saat konferensi pers Kerja Sama Penanggulangan Bencana antara BNPB dengan Pemprov DKI Jakarta, Selasa (27/12/2022).
“Bencana itu bisa datang setiap saat dalam waktu yang singkat tetapi akibatnya sangat memprihatinkan,” kata Suharyanto.
“Makanya kepada masyarakat, dalam bergerak dari satu titik ke titik lain, atau berdiam di satu tempat, harus mempunyai sense terhadap bencana,” lanjut dia.
Menurut dia, peristiwa bencana umumnya terjadi dalam waktu singkat tapi berdampak cukup parah terhadap kondisi di lapangan.
Baca juga: BMKG: Cuaca Ekstrem Landa Provinsi Banten Selama 7 Hari, Hujan Sangat Lebat hingga Gelombang Tinggi
Terkait hal itu, Suharyanto pun berkaca pada bencana gempa bumi Cianjur.
“Kalau kita lihat bencana Cianjur, itu kejadian gempa 7 detik, akibatnya sampai 60-ribu rumah lebih yang hancur, yang meninggal 600 lebih. Itu menunjukkan bahwa memang kita tinggal di daerah rawan bencana,” katanya.
Atas hal tersebut, ia pun beranggapan bahwa masyarakat seharusnya sudah bersiasat jika terjadi cuaca ekstrem dengan rentang waktu yang biasa.
Misalnya, kata Suharyanto, cuaca hujan tidak kunjung reda dalam waktu satu jam, bahkan hingga menyebabkan jarak pandang di jalan raya terbatas.
Baca juga: BMKG: Potensi Cuaca Ekstrem Masih Berlangsung Hingga 2 Januari 2023
Maka sebaiknya masyarakat segera menepi dan mencari tempat aman.
“Itu sudah harus hati-hati. Kalau berada di tempat yang rendah, segera cari tempat yang aman. Kalau berteduh misalnya di rumah makan yang di belakangnya tebing, harus segera pindah,” katanya.
Sebelumnya Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menyoroti potensi kemunculan 'Badai Squall Line' yang diprediksi akan melintasi Selat Sunda dan berada 'di atas langit Jabodetabek' pada Rabu, 28 Desember 2022.
Peneliti Iklim Pusat Riset Iklim dan Atmosfer BRIN, Erma Yulihastin pun menjelaskan bahwa berdasarkan hasil kajian para peneliti BRIN, multiplikasi energi dapat terjadi pada multisel badai tersebut.
Baca juga: BNPB Lakukan Modifikasi Cuaca Antisipasi Cuaca Ekstrem Tahun Baru di DKI Jakarta