“Pelintasan kapal secara ilegal/tanpa izin di alur laut dan perairan teritorial, termasuk pengoperasian perangkat-perangkat pemantauan di bawah permukaan laut baik untuk kepentingan militer maupun non-militer,” kata Khairul.
Keempat, adanya kejahatan di laut yang juga bersifat transnasional seperti pembajakan kapal, penyanderaan orang hingga penyelundupan barang terlarang.
Kendati demikian, Khairul juga melihat adanya tantangan dari internal TNI AL yang juga harus dibenahi Muhammad Ali selaku KSAL baru.
Yaitu keterbatasan alutsista TNI AL untuk melakukan pengamanan laut di Indonesia yang luas.
“Adanya celah-celah rawan akibat keterbatasan kekuatan dan kemampuan alutsista baik armada kapal, radar persenjataan, terutama untuk patroli pengawasan dan pengadangan, mengingat wilayah perairan yang begitu luas,” jelas Khairul.
Tantangan kedua adalah belum tercapainya kekuatan pokok minimum (MEF) sehingga menimbulkan minimnya efek deteren atau pencegahan.
Khairul mengatakan hal ini dapat diselesaikan melalui peremajaan dan modernisasi alutsista TNI AL.
“Masih adanya tumpang tindih kewenangan terutama dalam hal penegakan hukum dan keamanan di laut sebagai akibat belum selarasnya payung hukum antarlembaga maupun antara hukum nasional dan internasional,” terang Khairul.
Baca juga: Jelang Pelantikan oleh Jokowi, Ini Tantangan yang Harus Dihadapi KSAL Baru
Terakhir, Khairul menjelaskan tantangan terkait kompetensi dari prajurit TNI AL yang dianggap masih ada kesenjangan.
“Masih adanya kesenjangan kompetensi prajurit dalam menghadapi ragam ancaman militer maupun hibrida dan bentuk-bentuk peperangan di masa depan,” katanya.
Profil Laksamana Madya Muhammad Ali
Laksamana Madya Ali adalah seorang perwira tinggi TNI-AL yang sejak 2 Agustus 2021 menjabat sebagai Panglima Komando Gabungan Wilayah Pertahanan I (Pangkogabwilhan I).
Pria kelahiran lahir 9 April 1967 ini merupakan alumnus Akademi Angkatan Laut (AAL) angkatan ke-35 tahun 1989.
Saat baru lulus dari AAL pada 1989, Ali muda dibesarkan di kapal selam TNI AL.