TRIBUNNEWS.COM - Kepala Pusat Gempabumi dan Tsunami BMKG, Daryono mengungkapkan analisinya terkait gempa magnitudo 7,9 yang mengguncang Maluku pada Selasa (10/1/2023) dini hari tadi.
Daryono menjelaskan gempa yang terjadi di Maluku termasuk dalam jenis gempabumi menengah dengan mekanisme pergerakan naik.
"Dengan memperhatikan lokasi episenter dan kedalam hiposenternya, gempabumi yang terjadi merupakan jenis gempabumi menengah akibat adanya aktivitas subduksi Laut Banda."
"Hasil analisis mekanisme sumber menunjukkan bahwa gempabumi memiliki mekanisme pergerakan naik (thrust fault)," jelasnya dalam keterangan tertulis yang diterima Tribunnews.com.
Akibatnya ada beberapa wilayah yang berpotensi mengalami tsunami dengan tingkat ancaman siaga hingga waspada.
Untuk wilayah yang berstatus siaga yaitu Maluku Tengah, Kepulauan Maluku Tenggara, Maluku Tenggara Barat Pulau Yamdena, dan Kota Ambon.
Baca juga: Berita Foto Kerusakan Sejumlah Bangunan Akibat Gempa yang Mengguncang Maluku
Sementara wilayah berstatus waspada yakni Maluku Tenggara, Seram bagian timur dan barat, Buru, Wakatobi, Kendari Pulau Watulumango, Kepulauan Kendari, Konawe bagian Selatan, Kota Kendari, dan Kendari.
Kemudian, kata Daryono berdasarkan pengamatan BMKG, tiga gempa susulan terjadi hingga pukul 02.37 WIB.
"Hingga pukul 02.37 WIB, hasil monitoring BMKG menunjukkan adanya tiga aktivitas gempabumi susulan (aftershock) dengan magnitudo M 5,5, M 4,8, dan M 4,5," ujarnya.
Namun, meski sebelumnya ada peringatan potensi tsunami, Daryono menjelaskan tidak terjadi perubahan tinggi air laut yang signifikan.
Sehingga peringatan tsunami pun dicabut.
"Peringatan dini tsunami akibat gempa Laut Banda M7,9 dinyatakan telah berakhir pada pukul 3.43 WIB," katanya.
Daftar Wilayah yang Merasakan Gempa
Ada sejumlah wilayah yang merasakan gempa Maluku seperti Saumlaki, Tiakur, Tanah Mera, hinggga Sorong.