News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Mengenal Fenomena MJO di Indonesia, Potensi Hujan Lebat di Sejumlah Wilayah

Penulis: Farrah Putri Affifah
Editor: Pravitri Retno W
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ilustrasi Hujan Lebat. BMKG menyebut selama satu pekan ke depan akan terjadi pertumbuhan hujan di Indonesia bagian barat yang salah satu penyebabnya adalah fenomena MJO.

TRIBUNNEWS.COM - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyebut selama satu pekan ke depan akan terjadi pertumbuhan hujan di Indonesia bagian barat yang salah satu penyebabnya adalah fenomena MJO (Maden Jullian Oscillation).

Menurut pantauan BMKG, fenomena MJO diprediksi akan aktif kembali di wilayah Indonesia bagian barat.

Mengutip dari maritim.bmkg.go.id, MJO (Maden Jullian Oscillation) adalah aktivitas intra seasonal yang terjadi di wilayah tropis yang dapat dikenali berupa adanya pergerakan aktivitas konveksi yang bergerak ke arah timur dari Samudera Hindia ke Samudera Pasifik yang biasanya muncul setiap 30 sampai 40 hari.

Sementara faktor selain MJO adalah Monsun Asia yang masih aktif, perlambatan angin, dan belokan angin di sekitar wilayah Indonesia, Bibit Siklon Tropis 94S dan 90B.

"Kondisi tersebut dapat berkontribusi meningkatkan pertumbuhan awan hujan dan potensi cuaca signifikan dalam sepekan ke depan," kata Deputi Bidang Meteorologi BMKG, Guswanto, dalam keterangan tertulis yang diterima Tribunnews.com.

Tentang MJO

Baca juga: BMKG: Ada Fenomena MJO, Waspada Hujan Lebat dan Awan Cumolonimbus Seminggu ke Depan

Mengutip dari metoffice.gov.uk, MJO ditemukan oleh Dr Roland Madden dan Dr Paul Julian dari American National Center for Atmospheric Research (NCAR) pada 1971.

Fenomena MJO ditemukan ketika keduanya sedang mempelajari pola angin dan tekanan tropis.

Kemudian mereka mengamati osilasi teratur dalam angin antara Singapura dan Pulau Kanton di Pasifik khatulistiwa tengah barat.

Fase MJO

- Fase 1 – Peningkatan konveksi (curah hujan) berkembang di Samudera Hindia bagian barat.

- Fase 2 dan 3 – Peningkatan konveksi (curah hujan) bergerak perlahan ke arah timur di atas Afrika, Samudra Hindia, dan sebagian anak benua India.

- Fase 4 dan 5 – Peningkatan konveksi (curah hujan) telah mencapai Benua Maritim (Indonesia dan Pasifik Barat)

- Fase 6, 7 dan 8 – Curah hujan yang meningkat bergerak lebih jauh ke timur di atas Pasifik barat, yang akhirnya berhenti di Pasifik tengah.

Halaman
12
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini