Dalam pendirian NU ini terdapat beberapa tokoh yang ikut berperan, diantaranya K.H. Hasyim Asy’ari, K.H. Wahab Hasbullah, serta para ulama masa itu mulai berkembang luas.
Kemudian, pada kongres Islam yang ke empat di bandung pada Februari 1926, anggota mayoritas dikuasai oleh pemimpin organisasi Islam modern.
Baca juga: Harlah Satu Abad NU: Tema, Logo, Makna, Serta Link Download Logonya
Saat itu sebagian besar mengabaikan usul dari pemimpin Islam tradisional yang menginginkan terpeliharanya praktek-praktek keagamaan secara tradisional.
Praktik keagamaan tradisional seperti halnya memelihara empat madzhab, pemeliharaan kuburan Nabi dan keempat sahabatnya di Madinah.
Hingga para Kyai dan ulama yang dipimpin oleh Kyai H. Hasyim Asyaari melakukan kritik keras kepada kaum Islam modern.
Tak hanya sampai disitu, mereka pun membentuk Jami’yah Nahdlatul Ulama (NU) sebagai wadah perjuangan para pemimpin Islam tradisional pada tahun 1926.
NU pun memiliki pengaruh besar di kalangan Kyai dan Ulama wilayah Jawa Timur, Jawa Tengah, dan kaum awam.
Pada pendiriannya tahun 1927, NU memiliki tujuan untuk memperkuat kesetiaan kaum muslimin pada satu dari madzhab empat dan melakukan kegiatan yang menguntungkan para anggotanya sesuai dengan ajaran Islam.
Kegiatan pokok NU pada 1927:
1. Memperkuat persatuan antara sesama ulama yang masih setia kepada ajaran-ajaran Madzhab;
2. Memberikan bimbingan tentang jenis-jenis kitab yang diajarkan pada lembaga-lembaga pendidikan Islam;
3. Penyebaran-penyebaran ajaran Islam yang sesuai dengan tuntutan Madzhab empat;
4. Memperluas jumlah madrasah dan memperbaiki organisasi;
5. Membantu pembangunan masjid-masjid, langgar dan pondok pesantren;