Jumlah korban meninggal ada satu orang, sementara dua orang luka-luka.
Tak hanya itu, ratusan pohon kelapa terbakar dan mati.
Baca juga: Gunung di Bali akan Dijadikan Kawasan Suci karena Dianggap Sakral, Kegiatan Pariwisata Dibatasi
Akhir Januari, pada tahun 1962 erupsi abu terjadi setinggi 2000 meter.
Belum berhenti, pada awal Februari, erupsi besar terjadi.
Gunung Karangetang ini mengeluarkan material vulkanik pijar dan kilat api, serta asap hitam tebal.
Pada 29 Mei ditahun itu, erupsi besar kembali terjadi dengan kolom asap setinggi 2000 meter.
Aktivitas ini berangsur sampai September hingga Desember.
Akibatnya jalanan rusak, lima rumah hancur dan lima lainnya rusak di Ulu dan Tarorane.
Tahun 1987, suara gemuruh terdengar bagaikan pesawat jet dan erupsi asap terjadi sepanjang tahun.
Juni 1993, terjadi lahar di Kali Kahetang melanda sekitar Ibukota Kecamatan Siau Timur, Ulu Siau.
Baca juga: Kondisi Gunung Semeru setelah Erupsi: Alami 19 Kali Gempa Letusan dan 1 Gempa Guguran
Beberapa sekolah, kantor pemerintah, sarana ibadah, gedung pertemuan, asrama polisi, jalan dan jembatan hancur.
Aktivitas Gunung Karangetang terus berlanjut sampai tahun 2000.
Tahun 2004 terjadi erupsi eksplosif dan pertumbuhan kubah lava.
Dan pada 22 Maret 2010, gunung ini menujukan erupsi freatik kuat disertai hujan abu.
Terlihat lahar dingin di Kali Batuawang dan Hulu Odong.
Hal ini lantas menyebabkan Jalan Hulu Odong terputus dan terendam material setinggi 10-75 cm, sepanjang 40 meter.
Hingga Tahun 2022 ini, Gunung Karangetang masih menunjukan aktivitasnya sejak 7 Februari 2023 sampai Rabu (8/2/2023).
(Tribunnews.com/Galuh Widya Wardani)(TribunManado/Octavian Hermanses)