TRIBUNNEWS.COM - Berikut penjelasan apa yang dimaksud dengan Bahasa Ibu.
Hari Bahasa Ibu Internasional diperingati setiap tanggal 21 Februari, atau tepatnya pada hari ini, Selasa (21/2/2023).
Hari Bahasa Ibu Internasional secara resmi ditetapkan UNESCO melalui General Conference pada 17 November 1999.
Ide dari peringatan Hari Bahasa Ibu Internasional ini lahir atas inisiatif dari Bangladesh dalam rangka menyelamatkan bahasa dunia dari kepunahan.
Lantas, apa itu Bahasa Ibu?
Simak penjelasan tentang Bahasa Ibu, yang Tribunnews kutip dari beberapa sumber, berikut ini:
Baca juga: 40 Twibbon Hari Bahasa Ibu Internasional 2023, Lengkap dengan Cara Membuatnya dan Bagikan di Medsos
Pengertian Bahasa Ibu
Merujuk pada Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Bahasa Ibu adalah bahasa pertama yang dikuasai manusia sejak lahir melalui interaksi sesama anggota masyarakat, seperti keluarga dan lingkungannya.
Dengan kata lain, Bahasa Ibu merupakan bahasa pertama yang dipelajari oleh seorang anak dari keluarga sebagai lingkungan terdekat dan digunakan dalam kehidupan sehari-hari.
Sehingga wujud dari Bahasa Ibu dapat berupa bahasa daerah, bahasa Indonesia (bahasa nasional), maupun Bahasa Internasional.
Pemahaman tersebut sesuai penjelasan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) mengenai Bahasa Ibu.
Dilansir laman resmi Kemdikbud, Bahasa Ibu adalah bahasa yang pertama kali dipelajari seseorang sejak kecil secara alamiah dan menjadi dasar sarana komunikasi serta pemahaman terhadap lingkungannya.
Dalam Jurnal UNESCO tahun 2003 tentang Bahasa Ibu Internasional, terdapat definisi Bahasa Ibu yang mencangkup beberapa unsur, yaitu:
1. Bahasa yang dipelajari seseorang ketika lahir;
2. Bahasa yang diidentikkan dengan penuturnya;
3. Bahasa yang dikenal dan paling sering digunakan;
4. Bahasa Ibu dapat disebut sebagai "bahasa utama" atau "bahasa pertama" dari seseorang.
Baca juga: Jokowi Unggah Gambar Ilustrasi Hari Bahasa Ibu Internasional 2023: Mari Lestarikan Bahasa Ibu
Pelestarian Bahasa Ibu di Indonesia
Berdasarkan data dari Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Indonesia merupakan negara yang memiliki jumlah bahasa terbanyak kedua di dunia.
Pemerintah pusat dan daerah serta masyarakat memiliki kewajiban untuk melindungi bahasa daerah.
Lantaran, bahasa daerah adalah bagian dari kekayaan tak benda yang sangat berharga dan tidak ternilai harganya.
Dilansir un.org, UNESCO mencatat setiap dua minggu sebuah bahasa menghilang dengan membawa seluruh warisan budaya dan intelektual.
Setidaknya 43 persen dari perkiraan 6.000 bahasa yang digunakan di dunia terancam punah.
Karena itu, peringatan Hari Bahasa Ibu Internasional dianggap berperan penting sebagai tonggak kesadaran suatu bangsa untuk senantiasa mempertahankan Bahasa Ibu-nya.
Serta, menjadi warisan bagi generasi penerus setiap bangsa.
Cara Melestarikan Bahasa Ibu agar Tidak Punah
Bahasa Ibu di Indonesia akan terancam punah jika jarang digunakan oleh masyarakatnya.
Hal tersebut terjadi karena beberapa penyebab.
Salah satu diantaranya, karena banyak orang tua di Indonesia yang tidak mengajari anak mereka Bahasa Ibu.
Akhirnya, anak memperoleh Bahasa Ibu dari lingkungan luar rumah.
Sehingga Bahasa Ibu yang anak kuasai tidak sesuai yang seharusnya (kasar) atau malah tak mengenal Bahasa Ibu.
Baca juga: Kemendikbudristek: Gempuran Bahasa Asing Lemahkan Penggunaan Bahasa Indonesia
Adapun cara melestarikan Bahasa Ibu agar tidak punah, mengutip dari Balai Diklat Keagamaan Jakarta, sebagai berikut:
1. Menggunakan Bahasa Ibu pada saat di rumah.
Ibu adalah madrasah pertama seorang anak.
Sehingga sebelum dari guru dan orang lain, seorang anak akan diajarkan bicara Bahasa Ibu.
Dalam hal ini, orang tua harus bicara langsung menggunakan Bahasa Ibu.
2. Menggunakan Bahasa Ibu di lingkungan sekitar
Selain di rumah, menggunakan Bahasa Ibu juga bisa dilakukan di lingkungan sekitar tempat tinggal dengan orang yang sesama pengguna Bahasa Ibu.
3. Pemerintah pusat dan daerah tetap mendukung dalam merawat Bahasa Ibu
Penerapan Bahasa Ibu bisa dilaksanakan di kantor-kantor pemerintahan, di sekolah, atau di tempat lainnya.
Seperti di toko atau mall.
4. Badan kebahasaan bekerja sama dengan pihak universitas atau pihak-pihak pengembangan bahasa
Kerja sama tersebut dapat diwujudkan dalam menggiatkan program-program yang dapat melestraikan Bahasa Ibu.
Seperti perlombaan dengan menggunakan Bahasa Ibu, lomba ceramah, pidato, debat, menulis puisi, dan lainnya.
5. Menerbitkan bacaan menggunakan Bahasa Ibu
Majalah, koran atau buku fiksi dengan menggunakan Bahasa Ibu sebagai pengantarnya sangat berperan penting dalam merawat Bahasa Ibu.
6. Memberlakukan mulok bahasa daerah di sekolah
Penggunaan Bahasa Ibu dalam pembelajaran mulok memiliki banyak manfaat.
Diantaranya, menumbuhkan rasa percaya diri dan rasa nyaman pada peserta didik.
Semangat dan respons cepat juga dirasakan oleh mata pelajaran lain dalam penjelasan materi yang disampaikan melalui Bahasa Ibu.
(Tribunnews.com/Muhammad Alvian Fakka)