TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ketua MUI Bidang Fatwa Asrorun Niam Sholeh menyampaikan rasa duka atas wafatnya Prof. KH. Ali Yafie pada 25 Februari, lalu.
Asrorun mengaku mendengar kabar duka itu saat berada di Madinah al-Munawwarah untuk melaksanakan ibadah umroh dan ziarah Rasulullah saw.
"Inna lillahi wa Inna Ilaihi Rajiun. Saya mendengar kabar wafatnya Abah Prof Ali Yafie, saat berada di Madinah al-Munawwarah," kata Asrorun, Senin (27/2/2023).
Asrorun mengatakan, dirinya langsung mengajak anak-anaknya untuk shalat ghaib dan mendoakan sosok ulama yang inspiratif KH. Ali Yafie.
Dalam kesempatan itu, dia juga bercerita kepada anak-anaknya, pentingnya meneladani sosok KH Ali Yafie yang alim, allamah, teguh pendirian, namun sangat santun dan tetap sederhana dalam gaya hidup.
"Mata saya berkaca-kaca, pikiran saya menerawang jauh, membayangkan sosok ulama kharismatis, luas pengetahuan keagamaannya, halus sikap dan tutur katanya, sistematis bahasanya, sederhana penampilannya, dan teguh pendiriannya. Beliau adalah sosok ulama yang sangat dalam ilmunya, menguasai sangat mendalam tradisi keilmuan salaf, yang menjadi salah satu ciri khas ulama tradisional," terangnya.
Dia menambahkan, sosok KH Ali Yafie juga diterima banyak kalangan Islam dari berbagai kelompok dan golongan.
Di NU, ulama karismatik itu memperoleh amanah puncak organisasi sebagi Rais Am PBNU. Posisi atau maqam tertinggi organisasi yang disebut oleh KH Ma'ruf yang hanya bisa ditempati oleh shahibul maqam.
Namun, KH Ali Yafie mengundurkan diri dari jabatan Rais Am demi sebuh prinsip, karena isu SDSB yang pernah menyasar pengurus tanfidziyah PBNU. Posisinya kemudian digantikan oleh KH. Ilyas Ruchiyat, pimpinan Pesantren Cipasung Tasikmalaya.
Baca juga: Mantan Ketua MUI KH Ali Yafie Meninggal Dunia, Jenazah Dimakamkan di TPU Tanah Kusir Besok
Di MUI, KH Ali Yafie juga memperoleh amanah tertinggi sebagai Ketua Umum MUI, 1998 - 2000. Di Munas 2000, beliau tidak berkenan untuk diperpanjang.
Akhirnya Munas menetapkan KH. Ahmad Sahal Mahfudh menjadi Ketua Umum penggantinya.
Di zaman KH Ali Yafie memimpin MUI, inisiasi berdirinya Dewan Syariah Nasional (DSN MUI) dimulai; lembaga yang secara khusus bertugas membahas dan menetapkan fatwa-fatwa produk ekonomi dan keuangan syariah.
"Beliau menjadi Ketua DSN MUI yang pertama. Tanda tangan beliau sebagai Ketua DSN terabadikan dalam Fatwa-fatwa DSN MUI di Tahun 2000," ungkap Asrorun.
Di samping di organisasi NU dan MUI, KH Ali Yafie juga dikenal luas sebagai Cendekiawan Muslim lintas batas.
Pemikiran, ide, dan gagasannya modern melampaui lingkungan tradisionalnya. Fasih dengan tradisi kitab kuning, juga akrab dengan tema-tema modernitas dan isu kontemporer. Sosoknya diterima di berbagai kelompok.
"Beliau juga dikenal sebagai akademisi, pernah menjabat Rektor IIQ Jakarta. Beliau juga termasuk sosok di balik lahirnya Bank Muamalat, dan menjabat sebagai Dewan Pengawas Syariah nya," jelasnya.
"Banyak hal baik yang diteladankan oleh beliau. Kedalaman ilmu, keluasan jaringan, kezuhudan, keteguhan dalam memegang prinsip, dan kesederhanaan dalam gaya hidup," sambung Asrorun.
"Sungguh, beliau hidup dalam sanubari kita semua. Dan saya, juga para generasi muslim setelahnya, perlu mencontoh dan meneladani kebaikan beliau," tutup Katib Syuriyah PBNU itu.