TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI) mengkritisi kebijakan Pemprov NTT yang meminta masuk sekolah pukul 05.00 pagi.
Kebijakan masuk sekolah terlalu pagi dinilai membahayakan keamanan pelajar.
Ketua Dewan Pakar FSGI yang juga mantan Komisioner Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Retno Listyarti menyebut setelah mereka mengumpulkan sejumlah guru dan orang tua murid, banyak yang tak setuju dengan kebijakan tersebut.
Faktor keamanan jadi alasan utama. Misalnya saja saat perjalanan para pelajar dari rumah menuju sekolah, transportasi yang sulit di pagi hari, hingga soal kesiapan orang tua di rumah untuk menyediakan sarapan, serta pertimbangan kesehatan bagi anak didik.
"Ternyata banyak orang tua yang tidak setuju dengan kebijakan ini, responnya beragam mulai dari faktor keamanan anak saat menuju sekolah, transportasi yang sulit pada pagi hari, dan kesiapan orang tua di rumah seperti menyediakan sarapan, dan berbagai pertimbangan kesehatan anak," kata Retno dalam keterangannya, Selasa (28/2/2023).
Retno mengatakan kebijakan yang diputuskan oleh Pemprov NTT tersebut dibuat tanpa kajian.
Pasalnya ide itu berdasarkan informasi yang didapat oleh FSGI, belum dibicarakan dan dibahas bersama para pendidik.
"Infonya, Ide kebijakan ini muncul saat kunjungan ke dinas pendidikan provinsi hari kamis, 23 Februari 2023 dan langsung ditindaklanjuti kepala dinas tanpa sosialisasi dan mendengarkan aspirasi dari guru-guru maupun peserta didik serta orangtua. Sebenarnya banyak pendidik menolak kebijakan in. Artinya, kebijakan ini dibuat tanpa kajian," kata Retno.
Sebelumnya diberitakan, sebuah video yang memperlihatkan Gubernur NTT Viktor Laiskodat meminta pihak SMA dan SMK di wilayah Kota Kupang memulai jam pelajaran pada pukul 05.00 WITA viral di media sosial dan grup WhatsApp.
Dalam tayangan video berdurasi 1 menit 43 detik tersebut tampak Viktor didampingi Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan NTT Linus Lusi meminta para siswa agar membiasakan diri bangun pukul 04.00 WITA.