TRIBUNNEWS.COM - Kabar duka datang dari mantan Menteri Perhubungan era Orde Baru, Azwar Anaz.
Azwar Anaz meninggal pada Minggu (5/3/2023) hari ini pukul 11.40 WIB di Jakarta.
Dikutip dari Tribun Padang, Azwar Anas sempat dirawat di RSPAD Gatot Subroto, Jakarta.
Azwar Anaz meninggal pada usia 89 tahun.
Ia lahir di Padang, Sumatra Barat pada 2 Agustus 1993.
Selain dikenal sebagai mantan menteri, Azwar Anaz juga merupakan seorang tentara dan administrator sepak bola Indonesia.
Baca juga: Mantan Menteri Era Orde Baru, Azwar Anas Meninggal Dunia di Usia 89 Tahun
Pada 1988-1993, Azwar Anas ditunjuk menjadi Menteri Perhubungan pada Kabinet Pembangunan V.
Setelah menjadi Menteri Perhubungan, ia kembali ditunjuk menjadi Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat (Menko Kesra) pada Kabinet Pembangunan VI tahun 1993-1998, dikutip dari p2k.stekom.ac.id
Dalam karier politiknya sebelum menjadi menteri, Azwar Anaz pernah menjabat sebagai Gubernur Sumatra Barat selama dua periode pada 1977-1987.
Masa Kecil
Azwar Anas merupakan anak ketiga dari 10 bersaudara yang lahir dari pasangan Malik Sutan Masabumi (ayah) dan Rakena Anas (ibu).
Semasa kecil, Azwar Anas tumbuh dengan didikan ajaran Islam dari kedua orang tuanya.
Bersama kakak dan adiknya, Azwar Anas bersekolah di HIS Adabiyah School, sebuah sekolah agama yang didirikan oleh Abdullah Ahmad pada 1909.
Pada masa SMP, ia melanjutkan pendidikannya di SMPN 1 Bukittinggi lalu pindah ke SMPN 3 Bukittinggi.
Setelah tamat SMP, ia melanjutkan pendidikan ke SMAN 1 Bukittinggi.
Setelah gencatan senjata diberlakukan di Sumatra Barat pada 19 Agustus 1948, ia bersekolah di SMA Permindo atau kini SMAN 1 Padang sampai tamat pada 1951.
Setelah tamat SMA, Azwar Anas melanjutkan pendidikannya ke Jawa.
Pasalnya, pada saat itu belum ada perguruan tinggi yang sesuai dengan keinginannya di Sumatra Barat.
Sesampainya di jakarta, ia melamar pekerjaan sebagai Pegawai Balai Penyelidikan Kimia di Bogor atas informasi yang didapat seorang temannya.
Sembari bekerja, ia memperoleh beasiswa dari Departemen Perindustrian untuk mengikuti pendidikan kimia di Fakultas Teknik Universitas Indonesia di Bandung, yang kini menjadi Institut Teknologi Bandung (ITB).
Pada tahun 1959, Anas bersama ratusan sarjana diperintahkan mengikuti wajib militer oleh pemerintah karena diberlakukannya bahaya darurat perang.
Setelah menempuh pendidikan militer selama enam bulan hingga tahun 1960 di Sekolah Perwira Cadangan (Sepacad), ia lulus dan dilantik oleh Presiden Soekarno sebagai letnan satu dalam acara militer di Bogor.
Azwar Anas memutuskan bergabung dengan militer dan ditempatkan di Pabrik Alat Peralatan Angkatan Darat (Pabal AD), yang kini berganti nama menjadi Pusat Industri Angkatan Darat (Pindad).
Akibat Sumatra porak-poranda akibat penumpasan Pemerintah Revolusioner Republik Indonesia (PRRI), Gubernur Sumatra Barat saat itu, Harun Zain memanggil para sarjana Minang di perantauan untuk pulang membangun Sumatra Barat.
Harun Zain menunjuk Azwar Anas menjadi Direktur Semen Padang.
Azwar Anas berhasil membangkitkan perusahaan itu menjadi BUMN terkemuka di bawah Departemen Perindustrian.
Keberhasilan Azwar Anas membuatnya dikenal rakyat sehingga pada Oktober 1977, ia memenangkan pemilihan Gubernur Sumatra Barat menggantikan Harun Zain.
Ia menjabat sebagai gubernur sampai tahun 1987.
Azwar Anas pensiun dari Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ABRI) pada 1986 dengan pangkat Mayor Jenderal TNI.
Pada 1988 , Presiden Soeharto mengangkatnya menjadi Menteri Perhubungan dalam Kabinet Pembangunan V.
Pada tahun 1993, ia diangkat lagi menjadi Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat.
Azwar Anas juga pernah dipercaya menjadi Ketua Umum Persatuan SepakBola Seluruh Indonesia (PSSI) periode 1991-1999.
(Tribunnews.com/Muhammad Abdillah Awang)