Laporan Wartawan Tribunnews.com Rahmat W. Nugraha
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Nurasiah, seorang ibu yang anaknya jadi korban gagal ginjal akut, berharap apa yang telah ia alami tidak dirasakan oleh orang lain.
Diketahui sidang lanjutan ke-4 gugatan class action kasus gagal ginjal akut pada anak kembali dilanjutkan di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, Kamis (9/3/2023).
"Harapannya dengan adanya gugatan ini masalah seperti ini tidak terulang kembali. Karena anak kita bukan hanya satu di lingkungan juga banyak anak-anak yang lain," kata Nurasiah kepada Tribunnews.com di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, Kamis (9/3/2023).
Nurasiah berharap apa yang ia rasakan tidak dirasakan oleh orang lainnya kehilangan anak tercintanya.
"Saudara juga, termasuk keluarga besar saya. Biar saja saya saja yang merasakan yang lain tidak perlu merasakan apa yang saya rasakan," jelasnya.
Kemudian Nurasiah juga berharap pemerintah bertanggungjawab kepada anak-anak korban gagal ginjal akut yang saat ini masih dirawat.
"Saya juga berharap pemerintah pertanggungjawaban kepada pemerintah terhadap anak-anak korban yang masih dirawat karena buruh biaya. Kalau obat serta perawatan di rumah sakit ditanggung kepada BPJS. Tetapi kalau seperti ongkos, makan dan pempers dan lainnya ditanggung sendiri membutuhkan biaya yang tidak sedikit," tegasnya.
Adapun sebelumnya Nurasiah ceritakan kronologi anak tercintanya berusia empat tahun jadi korban gagal ginjal akut.
Nurasiah bercerita awalnya anaknya suhu badannya panasnya tinggi sampai 39,6. Kemudian ia berinisiatif membawa anaknya ke klinik tetapi ditolak karena terlalu panas. Maka dari itu ia langsung bawa anaknya ke Instalasi Gawat Darurat (IGD).
Baca juga: Menko PMK: Bantuan Korban Gagal Ginjal Akut Sedang Diproses Kemensos
"Di IGD hanya dikasih obat penurun panas lewat dubur terus pulang diberikan paracetamol dari Afi Farma. Terus saya minumkan makin lama semakin lemas, saya bawa ke IGD rumah sakit kemudian dirawat dua hari lalu boleh pulang," cerita Nurasiah kepada Tribunnews.com di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, Kamis (9/3/2023).
Nurasiah melanjutkan lalu pulang besoknya anaknya panas lagi. Kemudian ia bawa lagi ke IGD dikasih Paracetamol Afi Farma lalu pulang.
"Saat di rumah suhu tubuh anak saya turun dan naik lagi. Selanjutnya saya bawa ke kontrol rawat inap disitu lapnya juga masih bagus. Lalu saya tanya mengapa panas anak saya masih turun naik stuck di angka 38,5," kata Nurasiah.
Kemudian diceritakan Nurasiah anaknya diminta cek urin. Disitulah diketahui anaknya tidak bisa buang air kecil. Lalu ia bawa pulang tapi anak tercintanya semakin gelisah.
"Ada muntah juga. Pas malamnya buang air besar ada darahnya. Lalu saya bawa lagi ke IGD kemudian masuk langsung cek darah darah lagi, lalu diindikasikan gagal ginjal akut," lanjutnya.
Kemudian tiga hari di RSUD Pasar Rebo anak ketiga dari Nurasiah dirujuk ke RSCM untuk cuci darah karena memang di RSUD tidak bisa buang air kecil.
"Tadinya di RSCM hanya untuk cuci darah saja lalu dirawat. Selanjutnya setelah dua Minggu dirawat empat hari sebelum meninggal itu anak saya sudah koma," tutupnya.