TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Survei SMRC pada Desember 2022 menunjukkan pemilih beretnis Jawa merupakan kelompok terbesar dengan jumlah sebesar 40,5 persen, etnis terbesar kedua adalah Sunda sekitar 15% persen.
Secara keseluruhan, etnis lain selain Jawa tercatat sebanyak 59,5%.
Pendiri SMRC, Saiful Mujani, mengatakan dari 40,5% warga yang beretnis Jawa, sebanyak 53% di antaranya memilih Ganjar Pranowo, 16% memilih Anies Baswedan, dan 20% memilih Prabowo Subianto.
Selain itu, masih ada 11% yang tidak menjawab.
"Kalau kita perhatikan pemilih Jawa yang 40,5% itu, itu memang mayoritas ke Ganjar. Kemudian yang berikutnya pada Prabowo 20%, berikutnya Anies 16%," kata Saiful dalam tayangan bertajuk Kartu SARA di Pilpres 2024 di kanal Youtube SMRC TV pada Kamis (9/3/2023).
Saiful menjelaskan survei tersebut menunjukkan ada perbedaan yang signifikan dari perilaku memilih pada masyarakat Jawa.
Menurutnya perbedaan signifikan tersebutlah yang membuat Ganjar sejauh ini lebih unggul dari Anies.
Meski Prabowo juga orang Jawa, kata dia, namun ke-Jawaannya berbeda dengan Ganjar yang kedua orangtuanya merupakan orang Jawa.
Ayah Prabowo, kata dia, adalah orang Jawa dan ibunya orang Manado.
"Jadi di masyarakat kita, etnik masih berpengaruh," kata dia.
Saiful mengatakan jika digabung, jumlah kelompok etnis di luar etnik Jawa cukup besar meskipun sebenarnya satu etnik tidak bisa digabung dengan etnik lainnya.
Masing-masing etnik, kata dia, seharusnya dianalisis satu per satu secara terpisah.
Namun, lanjut dia, karena alasan teknis maka etnis-etnis lain selain Jawa digabungkan dalam survei tersebut.
Dari 59,5% warga yang beretnis selain Jawa, kata dia, 35% di antaranya memilih Anies, 29% memilih Prabowo, dan 23% lainnya memilih Ganjar.
Sementara itu, masih ada 13% yang belum menyebutkan pilihan.
Saiful menjelaskan bahwa walaupun suara publik dari yang beretnis selain Jawa lebih banyak ke Anies, namun selisih suara Anies dan Ganjar di variabel tersebut tidak terlalu berbeda yakni 35% berbanding 23%.
Selisihnya, kata dia, tidak sebesar pilihan warga beretnis Jawa kepada Ganjar yang berjumlah 53% berbanding 16% yang memilih Anies.
"Jadi artinya kalau dilihat dari sisi etnis, Ganjar relatif lebih bisa diterima oleh pemilih dari etnis selain Jawa," kata dia.
"Namun orang Jawa relatif tidak mau menerima Anies. Jadi kalau pemilih kita itu masih berbau SARA, iya, terutama orang Jawa. Akhirnya kan kelihatan. Pemilih Jawa ini terpusat pada satu tokoh, tidak menyebar," sambung dia.
Saiful menilai jika etnis di luar Jawa dilihat satu per satu, ada kemungkinan preferensi pemilihnya juga tidak terdistribusi merata, tapi terkonsentrasi pada satu figur, misalnya di NTT atau Bali lebih cenderung memilih Ganjar, sementara di suku lain lebih ke Anies atau Prabowo.
Baca juga: Duet Prabowo & Ganjar Menguat, Ini Elektabilitas Mereka di 4 Lembaga Survei, Siapa yang Jadi Capres?
Ia mengatakan kecenderungan kelompok yang memiliki sentimen etniknya kuat tidak hanya pada etnik Jawa, tapi juga pada etnik lain.
Saiful mencontohkan misalnya komunitas Arab di Indonesia yang kemungkinan juga memiliki kecenderungan terhadap Anies.
Namun demikian, pandangan tersebut belum bisa dibuktikan karena datanya masih terlalu sedikit.
"Jadi orang yang punya sentimen etnik seperti itu, itu tidak khas etnik tertentu. Tapi itu berlaku bagi semua etnik. Dan kadang-kadang pendidikan tidak menggerus itu," kata dia.
"Jadi tetap saja etnik itu begitu penting walaupun orang itu sangat pintar, tapi ya sudah aku ini orang Banten, kalau calon presidennya orang Banten saya pilih dia. Misalnya kayak begitu. Sentimen seperti itu masih kuat, berlaku bagi semua," sambung dia.