Termasuk Hotel Homan dan Hotel Preanger yang menjadi markas besar Sekutu.
Setelah tiga hari terjadinya penyerangan markas Sekutu, MacDonald menyampaikan ultimatumnya kepada Gubernur Jawa Barat agar segera mengosongkan wilayah Bandung Utara oleh seluruh warga Indonesia termasuk pasukan bersenjata.
Ultimatum itu harus dilaksanakan selambat–lambatnya pukul 12.00 tanggal 29 November 1945.
Karena adanya ultimatum tersebut, Sekutu membagi kota Bandung Utara menjadi wilayah kekuasaan mereka.
Sementara kekuasaan Bandung Selatan berada di bawah pemerintah Republik Indonesia.
Ultimatum pun dijawab pasukan Indonesia dengan mendirikan pos–pos gerilya di berbagai tempat.
Sekutu juga berusaha untuk membebaskan interniran atau kamp konsentrasi Belanda di Ciater.
Sekutu pun terlibat dalam pertempuran dengan pasukan Indonesia di wilayah Lengkong Besar.
Pada saat memasuki awal tahun 1946, pertempuran semakin berkobar secara sporadis.
Pertempuran berlangsung, banyak serdadu India yang semula bagian dari pasukan Sekutu melakukan desersi dan bergabung dengan pasukan Indonesia.
Satu d iantara serdadu India yang membelot di antaranya adalah Kapten Mirza dan pasukannya saat terjadi pertempuran di Jalan Fokker (sekarang Jalan Garuda) pada pertengahan Maret 1946.
Baca juga: 5 Poin Peristiwa Bandung Lautan Api 24 Maret 1946 sebagai Usaha Mempertahankan Kemerdekaan
Tidak lama setelah itu, pihak Sekutu menghubungi Panglima Divisi III Jenderal A.H Nasution meminta agar pasukan India tersebut diserahkan kembali kepada Sekutu.
Jelas Nasution menolaknya. Bukan hanya untuk mengembalikan pasukan India semata, tetapi juga mengadakan pertemuan dengan pihak Sekutu.
Serangan sporadis dari pasukan Indonesia dan kegagalan mencari penyelesaian di tingkat daerah menyebabkan posisi Sekutu semakin terdesak.