TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pihak keluarga Gubernur Nonaktif Papua, Lukas Enembe sangat menyesalkan perlakuan yang diterima Lukas di tahanan.
Sebagaimana diungkap kuasa hukum salah satunya mengenai talas busuk yang disuguhkan, sampai kontrol penanganan kesehatan Lukas yang tidak maksimal serta sikap Lukas yang tidak mau meminum obat yang diberikan oleh dokter KPK dan bersikeras ingin tetap berobat ke Singapura.
Baca juga: Drama Lukas Enembe Huni Rutan KPK, Klaim Diberi Ubi Busuk Hingga Mogok Minum Obat
"Terus terang kami keluarga sangat terpukul begitu mengetahui fakta bahwa Bapak disuguhkan talas busuk di tahanan. Perlakuan seperti ini apakah pantas untuk beliau yang sedang sakit? Di mana janji KPK yang selalu bilang di tahanan Bapak dilayani dengan baik? Kami terus terang sangat syok," ungkap adik Lukas Enembe, Elius Enembe kepada wartawan, Jumat (24/3/2023).
Dikatakan Elius, selama ini KPK selalu menggembar-gemborkan pelayanan terbaik dan jaminan makan minum serta kontrol kesehatan terhadap Lukas, namun faktanya justru berbanding terbalik.
"Bahkan kami sangat sesalkan bahwa kontrol dokter juga ala kadarnya saja, atau tidak maksimal. Padahal Bapak ini sudah terbiasa dengan penanganan dokter yang siaga penuh karena memang kondisi sakitnya membutuhkan hal tersebut. Kami minta KPK harus obyektif dan, jujur," ungkapnya.
Atas kondisi ini kata dia, keluarga mendesak Komnas HAM RI untuk segera turun mengecek kebenaran penanganan Lukas di tahanan KPK.
Baca juga: KPK Bantah Lukas Enembe Dikasih Makan Ubi Busuk
"Ini menyangkut kemanusiaan dan hak asasi Bapak. Ke mana Komnas HAM begitu mengetahui adanya seorang warga negara yang sedang sakit parah ditahan KPK tetapi ternyata makanan pun dikasih makanan tidak layak? Bahkan penanganan kesehatannya tidak dijamin? Kami minta dengan sangat agar Komnas HAM segera dalami informasi tersebut," tegas Elius.
Pihak keluarga kemudian sangat memaklumi sikap Lukas yang tidak ingin mengonsumsi obat-obatan yang tidak diberikan oleh Dokter KPK dan berkukuh ingin berobat ke Singapura.
"Soal obat itu adalah hak beliau untuk mau atau tidak. Apalagi beliau selama ini sudah terbiasa dengan penanganan dokter di Singapura yang sejak awal menangani sakit Bapak. Maka sangat wajar beliau tetap minta berobat ke Singapura," kata Elius.
Pihaknya mengingatkan sekali lagi bahwasanya jika terjadi apa-apa dengan Lukas di tahanan, maka keluarga tidak bertanggung jawab atas reaksi masyarakat Papua yang saat ini masih terus memantau penanganan masalah ini oleh KPK.
"Kami tentu tidak ingin karena salah penanganan oleh KPK, maka kondisi Bapak jadi memburuk dan jika terjadi sesuatu di tahanan yang berakibat fatal, kami tidak bertanggung jawab jika ada gejolak yang timbul karena reaksi masyarakat Papua yang mencintai Pak Lukas," pungkas Elius mengingatkan.