“Jika betul Indonesia ingin berbenah toh masih ada jalur ikut Piala Dunia di tingkat kelompok umur maupun senior sekalipun. Memang jalur tuan rumah lebih jelas, tapi siapapun paham itu bukan dilandasi oleh kualitas tim. Masih ada jalur kualifikasi,” ucapnya.
Dijelaskan Sigit, sikap tegas Presiden Soekarno menolak Timnas Indonesia bertanding melawan Israel sebab ada 14 negara Arab yang akan marah, dan Indonesia saat itu sedang butuh dukungan mereka (negara Arab) di PBB terkait kembalinya Irian Barat ke pangkuan Ibu Pertiwi.
“Kini tekanan itu tidak ada, bahkan petinggi Palestina pun berharap Indonesia tetap jadi tuan rumah Piala Dunia, event ini jadi momentum bagus untuk menyuarakan pesan moral pada dunia. Misalnya membawa bendera Palestina di setiap Israel berlaga, juga menyampaikan standar ganda FIFA yang dikemas seolah spontan, sporter kita jago untuk soal ini,” ujarnya.
Kegagalan Indonesia menjadi tuan rumah Piala Dunia U20 ini tidak boleh menjadi alasan terpuruknya sepak bola Indonesia.
Sigit yakin Erick Thohir dan jajarannya di PSSI akan mengambil langkah cepat agar sepak bola Indonesia tetap berjalan dan lebih baik dari tahun kemarin.
“Pak Erick Thohir baru saja memimpin PSSI beri beliau waktu. Setahu saya Pak Erick dan Ratu Tisha, saya kenal sebagai tokoh yang bekerja dengan timeline jelas, mereka pasti paham mana yang masuk skala prioritas, termasuk membenahi kompetisi perlahan untuk mengasah talenta bola Indonesia, selain dimatangkan di liga domestik tak ada salahnya para talenta itu mencoba karir di banyak negara,” tandasnya.